Mohon tunggu...
Minkhatul Maula
Minkhatul Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Tertarik Belajar Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Beauty

OPINI: Mengurai Dampak Fast Beauty Antara Kecantikan dan Konsumerisme

19 Desember 2024   09:40 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:40 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, tren kecantikan berkembang dengan cepat. Wanita telah menempatkan prioritas tertinggi pada daya tarik wajah sejak zaman dahulu. Banyak wanita bersaing satu sama lain untuk melakukan perawatan ekstra pada wajah mereka agar tetap terlihat cantik. Hal ini menunjukkan kepedulian bahwa masyarakat Indonesia sangat memperhatikan penampilan dan kesehatan. Menggunakan produk perawatan kulit adalah salah satu teknik untuk meningkatkan kecantikan. Untuk menjaga kesehatan dan kecantikan kulit mereka, wanita dari segala usia menggunakan produk perawatan kulit. Tidak hanya wanita yang memprioritaskan perawatan kulit, para pria pun mulai menyadari betapa pentingnya merawat kulit.

Dalam beberapa bulan terakhir, industri kecantikan di Indonesia berkembang dengan pesat. Berbagai perusahaan produk kecantikan dari dalam dan luar negeri bermunculan dan berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan produk-produk terbarunya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk dari dalam maupun luar negeri yang menawarkan beragam pilihan kepada konsumen, mulai dari produk perawatan kulit dengan formula yang inovatif, variasi kemasan yang kreatif, dan harga yang terjangkau yang pastinya akan menarik perhatian.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terdapat 913 perusahaan kosmetik di Indonesia pada tahun 2022, naik 20,6% dari 819 perusahaan pada tahun 2021. Pada tahun 2023, secara keseluruhan akan ada 1.010 perusahaan, yang berarti 21,9% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Perkembangan ini tidak hanya berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang bagi banyak orang, tetapi juga dapat mendorong inovasi di industri kecantikan Indonesia untuk menghasilkan solusi dalam memenuhi kebutuhan pria dan wanita. Keberagaman Formulasi produk dan variasi warna yang berbeda dicocokkan dengan jenis kulit dan preferensi masyarakat Indonesia.

Terlepas dari booming industry kecantikan saat ini, fenomena ini tetap memiliki sisi negatifnya. Contohnya, jika sebuah merek meluncurkan produk baru dengan menggunakan bahan tertentu yang diterima dengan baik oleh konsumen, maka banyak perusahaan lain yang dengan cepat akan membuat produk lain dengan komposisi yang sama. Istilah yang digunakan untuk fenomena ini adalah "Fast Beauty".

Istilah "Fast Beauty" mengacu pada kosmetik dan produk perawatan kulit yang diproduksi dan dipasarkan dengan cepat sebagai hasil dari pergeseran preferensi konsumen. Hal ini berbeda dengan industri kecantikan sebelumnya, yang membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan produk sebelum dipasarkan.

Fast Beauty dan Fast Fashion bisa dibilang identik. Perusahaan dengan cepat mengembangkan dan menyediakan sejumlah besar produk baru dengan harga yang kompetitif dalam upaya untuk tetap menjadi yang terdepan dalam tren pasar. Tren ini berpotensi meningkatkan kebiasaan konsumsi masyarakat karena begitu banyak barang baru yang muncul begitu cepat. Selain itu, meluasnya produksi kosmetik dapat berpotensi merusak pasar dan lingkungan.

Contoh nyata bagaimana tren kecantikan dengan cepat merusak pasar adalah semakin populernya produk-produk asing, seperti dari Cina, di Indonesia karena pemasaran yang agresif oleh influencer lokal dan platform media sosial dengan harga murah dan menjanjikan hasil yang instan. Karena produk-produk ini dianggap berbahaya bagi pasar lokal, keberadaan mereka telah memicu kontroversi. Perusahaan lokal yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun reputasi bersaing dengan membanjirnya produk-produk impor, yang seringkali tidak memiliki tujuan jangka panjang. Kekhawatiran akan dampak buruk terhadap lingkungan juga muncul karena produk-produk tersebut sering kali mengandung bahan-bahan yang belum tentu aman dan ramah lingkungan.

Perkembangan cepat situs media sosial seperti X, Instagram, dan TikTok adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap munculnya Fast Beauty. Karena di sanalah munculnya tren yang membuat orang merasa membutuhkan produk baru. Hal ini juga dipengaruhi munculnya beauty vlogger, beauty influencer, dan sejenisnya. Beauty vlogger adalah orang yang membuat dan memposting video tentang kecantikan ke platform media sosial. Video-video ini bisa mencakup tips perawatan kulit, tutorial make up, dan ulasan produk dan mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemirsa dan membuat banyak dari mereka takut ketinggalan tren (FOMO).

Selain itu, pemasaran afiliasi adalah strategi baru dalam pemasaran digital yang sulit untuk diabaikan. Strategi ini melibatkan promosi brand kecantikan tertentu di media sosial dengan imbalan komisi jika konsumen melakukan pembelian menggunakan tautan yang mereka berikan. Untuk menarik konsumen, mereka berusaha sekreatif mungkin dan memberikan ulasan produk sebelum atau sesudah pemakaian.

Taktik pemasaran yang umum untuk produk perawatan kulit adalah dengan memanfaatkan insecurity (rasa tidak aman dan kurang percaya diri). Konsumen di usia muda diyakinkan untuk mengikuti perawatan kulit yang panjang dan rumit. Perusahaan juga akan berusaha meyakinkan konsumen bahwa produk mereka adalah jawaban untuk masalah kecantikan wanita. Pemasaran ekstensif para influencer sebenarnya telah memperburuk tren fast beauty dan menumbuhkan budaya konsumerisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun