Mohon tunggu...
Minimoey Arifin
Minimoey Arifin Mohon Tunggu... -

aku adalah aku yang sedang mencari dimana aku dan siapa aku, jadi siapa aku???

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

C.I.N.T.A

2 Maret 2012   04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta)
Apa benar cinta sedemikian rumit dan posesif? Atau teramat mengutamakan pengorbanan? Cinta menjadi kata yang sulit, baik diterjemahkan maupun dikategorisasikan. Kata sifat, kata kerja atau sekedar kata keterangan semata. Wikipedia memberikan deskripsi yang beragam, namun beberapa diantaranya sulit berpayung dalam makna yang sama. Jika cinta adalah emosi, maka keseimbangan harus diupayakan agar tidak meledak-ledak, maupun berkurang. Jika cinta adalah kasih sayang, maka akan sangat bias jika mengatasnamakan cinta untuk menjadi begitu patuh hingga diri menjadi hilang. Lantas apa itu cinta?

Kasih sayang yang besar, terkadang diartikan sebagai suatu tindakan yang lemah lembut dan penuh pengertian. Namun, lemah lembut terkadang juga membuat individu yang mencintai dibutakan oleh hasrat yang dicintai. Sedang pengertian terkadang menjadi sikap mengamini segala hal yang dilakukan oleh yang dicintai. Segala hal menjadi halal.
Ketika seseorang mencintai benda tertentu, bagi yang tidak bisa menjaga egonya, besar potensi untuk menuruti hasrat untuk memiliki benda itu. Uang menjadi contoh yang sangat relevan dengan kondisi sekarang. Mencintai yang begitu posesif, mencintai yang begitu buta, mencintai yang begitu menyakitkan. Uang diperkosa sedemikian rupa atas nama cinta. Beginikah caranya mencintai? Kritik ternyata tidak hanya ditujukkan pada ketimpangan sosial secara umum, tetapi juga tematik. Mengkritisi cinta dan pola seseorang mencintai, perlu digalakkan. Agar tidak lagi ada pemerkosaan atas nama cinta. Eksploitasi air mata atas nama cinta. Eksploitasi kemiskinan atas nama cinta.
Cinta untuk saya adalah ketika lebih ikhlas memberi daripada menerima. Cinta adalah ketika tanggung jawab melebihi kelenakkan cinta. Kewajiban didahulukkan sebelum meneriaki hak. Cinta adalah ketika berterima kasih atas hidup dan anugerah. Bukan cinta karena telah duduk nyaman dan tak mau berdiri. Bukan dengan berterima kasih tapi tetap menginjak kaki. Bukan tersenyum tapi tetap menyiapkan belati.
Cinta untuk bertahan hidup, bukan hidup untuk benda yang dicintai (baca: uang). Betulkan bapak/ibu yang berkorupsi? Anda seharusnya tidak sedemikian gila dalam mencinta (uang rakyat) hingga harus posesif seperti ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun