Mohon tunggu...
Sahabat Minilemon
Sahabat Minilemon Mohon Tunggu... Lainnya - Animasi Indonesia

Minilemon merupakan komik dan video animasi yg dirancang sebagai sarana pendidikan karakter yang dikemas dengan teknik animasi, dengan harapan anak-anak tetap belajar sambil menikmati hiburan seru saat bermain dengan gadget mereka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Parent Teacher Partnership, Program Minilemon Buat Anak jadi Makin Pede

20 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 20 Mei 2023   13:19 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wayan baru saja melihat unggahan Togar di media sosial. Dalam postingan itu tampak Paman Tigor sedang menyemangati Togar agar lebih percaya diri. Karena isi dari postingan tersebut sangat bermanfaat, Wayan jadi ingin membagikan tentang pentingnya kepercayaan diri bagi anak ke Sobat Minilemon.

"Rahajeng Semeng, Sobat Minilemon. Sudahkah percaya diri hari ini?" - Wayan, Minilemon

Yuk dorong Percaya Diri anak dengan hal ini (Sumber : Instagram @sahabat.togar.minilemon)
Yuk dorong Percaya Diri anak dengan hal ini (Sumber : Instagram @sahabat.togar.minilemon)

Sobat Minilemon pastinya suka bermain media sosial kan? Ternyata media sosial itu bagaikan pisau bermata dua. Di sisi lain, kita dapat lebih bebas mengekspresikan diri di media sosial dan hal itu tentu menambah kepercayaan diri kita. Namun disisi lain, media sosial juga dapat menurunkan kepercayaan diri kita.

Lalu bayangkan jika anak-anak sekarang sudah mulai mengenal media sosial. Apakah mereka akan tampak lebih percaya diri atau sebaliknya?

Sebuah survei di Amerika Serikat dari Common Sense Media, saat ini anak-anak sudah mulai mengakses media sosial mulai dari umur 8 tahun. Terjadi peningkatan penggunaan sosial media oleh anak-anak terutama pada saat pandemi COVID-19, dari 2019-2021.

Menurut survei tersebut, peningkatan terjadi kemungkinan besar dikarenakan kesulitan yang dialami keluarga dengan sekolah mengenai interaksi sosial yang terjadi selama pandemi. Meski berbagai media sosial seperti Instagram, Snapchat dan Facebook telah memberikan batas umur penggunaan minimal 13 tahun, namun dikarenakan kurangnya pengawasan dari keluarga dan sekolah sehingga anak-anak masih dapat mengakses media sosial tersebut dengan bebas.

Anak-anak mulai suka bermain sosial media (Sumber : Daily Sabah)
Anak-anak mulai suka bermain sosial media (Sumber : Daily Sabah)

Beberapa ahli berpendapat bahwa fenomena anak mulai mengenal media sosial adalah hal yang patut dikhawatirkan. Dikarenakan pada media sosial, anak-anak masih belum mampu membedakan berita yang benar ataupun yang salah. Selain itu, kondisi psikis anak yang masih labil, justru rentan dengan fenomena cyber-bullying, yakni fenomena pembullyan yang dilakukan melalui media digital.

Media sosial mempermudah orang untuk dapat memberikan ekspresi atau komentar dari segala postingan. Tak jarang banyak orang yang memberikan komentar atau caption negatif yang dapat mempengaruhi anak-anak yang menonton.

Lalu bagaimana cara kita mengatasinya?

Parent-Teacher Partnership, Perlukah?

Kepercayaan Diri merupakan hal kritis yang akan dialami setiap anak, terutama bagi mereka yang sedang pada masa transisi ke remaja atau dewasa. Untuk itu keluarga dan sekolah memiliki peran yang vital untuk mendorong kepercayaan diri anak.

Minilemon Indonesia, selaku platform komik dan video yang memproduksi tontonan dan cerita anak melalui berbagai media mainstream yang mendidik, informatif dan inspiratif, mengusung konsep Parent-Teacher Partnership.

Minilemon Parent Teacher Partnership (Sumber : Minilemon Indonesia)
Minilemon Parent Teacher Partnership (Sumber : Minilemon Indonesia)

Mengapa Parent-Teacher Partnership? Orang tua dan guru adalah sosok penting dibalik kesuksesan anak. Komunikasi kedua pihak menjadi hal yang penting dan sangat diperlukan untuk membantu perkembangan pendidikan anak.

Anak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah dan di rumah. Sehingga keluarga dan guru memainkan tanggung jawab yang besar untuk mengawasi anak. Dengan dukungan serta arahan yang baik, kita dapat mengarahkan anak agar bijak bermedia-sosial.

Selain itu, ditengah bebasnya komunikasi di media sosial, kerjasama antara keluarga dan sekolah menjadi dibutuhkan untuk membatasi anak-anak dari hal-hal yang masih belum diperbolehkan diakses. Sehingga kita dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti tindak kejahatan digital ataupun cyberbullying.

Dengan kerjasama dan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, kita dapat mengarahkan anak untuk memanfaatkan media sosialnya dengan bijak. Justru anak dapat mengembangkan bakat dan meraih prestasi dari kegiatan mereka di sosial media.

Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru adalah kunci (Sumber : Family - Love to Know)
Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru adalah kunci (Sumber : Family - Love to Know)

Contohnya, bagi anak kita yang suka menari, Sobat Minilemon dapat mengunggah video si kecil di media sosial untuk mengapresiasi bakat dan usaha si kecil. Sekolah juga dapat memfasilitasi bagaimana anak dapat mencurahkan kekreativitasan mereka di sosial media.

Meski begitu, Sobat Minilemon tetap harus berhati-hati dan bijak untuk mengarahkan media sosial bagi si kecil. Jangan sampai, media sosial yang harusnya dapat menjadi media si kecil berkreativitas justru menjadi alasan untuk menutup diri.

Jangan lewatkan keseruan dan info menarik lainnya dari para Minilemon di instagram @minilemon_id atau cek di website : minilemon.id ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun