Bicara tentang Kain Ulos nih, siapa Sobat Minilemon yang belum tahu tentang Kain Ulos?
Kain Ulos merupakan kain tradisional khas Sumatera Utara terkhususnya dari Suku Batak yang dibuat dengan cara di tenun.
Bagi masyarakat Batak, Kain Ulos merupakan simbol adat yang dinilai sakral dan merupakan sebuah tradisi yang terus dilestarikan. Unsur sakral dari Kain Ulos terlihat bahwa setiap acara adat memiliki corak, atau jenis kain Ulos tertentu untuk digunakan. Jadi masyarakat Batak tidak secara sembarang memakai Kain Ulos untuk setiap Acara Adat.
Lalu bagaimana sih cara menggunakan kain Ulos yang benar?
Kasih Sayang Orang Tua ke Anak
Sejarah kain Ulos bermula dari masuknya alat tenun tangan dari India pada abad ke-14 ke Sumatera Utara. Sejak saat itu, masyarakat mulai memproduksi kain yang ditenun untuk digunakan sebagai sandang.
Awalnya kain Ulos digunakan sebagai selimut atau kain penghangat badan. Sesuai dengan artinya, Ulos berarti selimut. Nenek moyang orang Batak menggunakan kain Ulos untuk menghangatkan badan mengingat mereka tinggal di daerah dataran tinggi.
Lalu kain Ulos dijadikan sebagai pemberian dari orang tua ke anak-anaknya untuk menghangatkan tubuh.
Kain Ulos juga dijadikan sebagai simbol pengikat, kasih sayang dan restu. Hal ini terlihat pada sebuah semboyan yang berbunyi "Ijuk pangihot ni hotang, Ulos pangit no holong". Semboyan tersebut memiliki arti "Jika Ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama."
Pemberian kain Ulos pun juga memiliki aturannya sendiri. Yakni berdasarkan kedudukan tinggi dalam keluarga, misal dari orang tua ke anak-anak. Anak-anak tidak dapat memberikan kain Ulos kepada Orang Tua.
Sesuai Dengan Momen Yang Ada
Kain Ulos yang diberikan juga sesuai dengan momen acara yang sedang berlangsung. Untuk itu pemberian dan penerimaan kain Ulos memang tidak sembarang dilakukan.