Dengan ketinggian tersebut, menjadikan Jayawijaya menjadi Gunung Tertinggi di Indonesia dan masuk dalam jajaran gunung tertinggi di Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara sendiri, Jayawijaya menjadi gunung tertinggi ke dua setelah gunung Hkakabo Razi di Myanmar
Puncak Salju Abadi Milik Indonesia
Dengan ketinggian tersebut, menjadikan Puncak Jayawijaya dapat terselimuti oleh salju. Tentu saja hal ini terbilang unik, karena salju terdapat di gunung yang terletak di daerah Kathulistiwa dengan ciri khas dua musim.
Namun dikarenakan daerah tersebut berada di ketinggian yang tinggi, sehingga menyebabkan temperatur udara disana turun sekitar 49 derajat Celsius dari temperatur permukaan laut. Bahkan suhu nya bisa mencapai minus 19 derajat Celsius. Terbayang tidak dinginnya, Sobat Minilemon?
Hal inilah yang menjadikan Puncak Jayawijaya terselimuti salju. Bahkan selain salju, puncak Jayawijaya juga dikelilingi oleh Gletser.
Gletser merupakan bongkahan es raksasa yang terbentuk selama ratusan sampai ribuan tahun. Namun sayangnya, akibat pemanasan Global, Gletser di sini mulai mencair dan beberapa ada yang sudah hilang seperti Gletser Northwall Firn Timur. Para ahli menyimpulkan bahwa setiap tahunnya, Gletser dapat kehilangan ketebalan mencapai 7 meter per tahun.
2026 akan hilang??
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Gletser-gletser yang dulunya menghiasi puncak Jayawijaya perlahan mulai menghilang. Hal ini juga mempengaruhi Salju yang dikatakan abadi, juga kian menyusut.
Pada tahun 2022 Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan dari 200 kilometer persegi area es menyusut menjadi 2 kilometer persegi.
Jika melihat ke masa lalu, sekitar tahun 1850, area Salju di Puncak Jayawijaya adalah 19 kilometer persegi atau seluas Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Â Namun setelah satu abad lebih, data pada tahun 2005 hanya menunjukkan bahwa hanya tinggal 1,8 km persegi wilayah salju yang tersisa.
Sedangkan untuk ketebalan saljunya, pada tahun 2010 tebal salju bisa mencapai 32 meter atau empat kali lipat dari bundaran HI di Jakarta Pusat. Namun sayangnya pada tahun 2021, ketebalan semakin berkurang sampai hanya mencapai 9,1 meter.