Kawasan Dieng telah digunakan oleh masyarakat sejak masa Hindu Buddha untuk ritual keagamaan era Hindu-Buddha. Menurut catatan sejarah Candi-Candi kawasan Dieng berasal dari abad ke-7 hingga 8 masehi dan bernama tokoh dalam agama Hindu serta kental nuansa pewayangan. Antara lain Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, dan Candi Semar. Terdapat juga nama Candi Setiyaki dan Candi Gatotkaca serta Candi Bima, termasuk Candi Dwarawati.
Kata Dieng berasal dari Bahasa Jawa Kuno, yakni di (tempat atau gunung) dan hyang (leluhur atau dewa), yang berarti tempat tinggal para dewa. Para ahli arkeologi menduga bahwa fungsi candi-candi di Dieng adalah sebagai tempat pemujaan terhadap Trimurti (tiga dewa utama dalam agama Hindu), yaitu Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), dan Dewa Siwa (penghancur). Berdasarkan informasi yang dihimpun arkeolog dari 22 prasasti, komplek candi Dieng kemungkinan dibangun antara abad ketujuh hingga 13 pada masa Mataram Kuno.
Selain itu kawasan Dieng disebut lokasi pertapaan dan pusat kajian, khususnya tempat pemujan terhadap Dewa Syiwa. Konon sejarah dieng berawal dari pencarian nirwana oleh seorang resi Hindu dari India sekitar abad ke-7. Resi tersebut seorang penyembah Dewa Siwa. Sesuai konsep Hindu candi merupakan replica Gunung Mahameru tempat tinggal para dewa. Sementara dalam kepercayaan Hindu, Kailasa ialah gunung suci tempat Siwa bertahta. Oleh karena itulah Dieng diibaratkan gunung yang suci.Â
Candi Srikandi
Â
Candi Srikandi terletak diantara Candi Arjuna dan Candi Sembadra. Seperti candi lain sekeliling Dieng, nama Candi Srikandi berasal dari nama tokoh dalam cerita Bharatayuddha. Dalam perang tersebut Srikandi maju sebagai panglima perang Pandawa yang menggantikan Resi Seta yang gugur.
Itulah mengapa kita dapat mengenal keunikan Candi Srikandi melalui pahatan relief Trimutri atau tiga dewa utama umat Hindu. Yaitu Dewa Wisnu di dinding candi bagian utara, Dewa Siwa pada dinding candi sisi Timur, dan Dewa Brahmana sisi selatan. Meski kondisi relief sudah rusak namun masih bisa dikenali dengan ukiran relief candi tersebut.Â
Dari penjelasan tadi jelaslah bahwa keelokan sejarah Candi Dieng sedari jaman kerajaan Mataram Hindu dimana terdapat penghormatan terhadap dewa Brahma (pencipta isi alam semesta), Wisnu (pengatur waktu keberadaan isi alam semesta), dan Siwa (pengatur kembalinya isi alam semesta kepada alam keabadian).
Percakapan Slamet dan Memey :Â
"Begitulah Mey, sekilas informasi yang dapat aku ceritakan. Selengkapnya coba kita tanyakan pada Wayan!" seru Slamet.
"Haiyaa, semoga kapan-kapan Memey bisa jalan-jalan ke Candi Dieng!" ungkap Memey berharap.Â
Sekian dulu obrolan Memey dan Slamet Minilemon mengenai keindahan Candi Hindu di Pegunungan Dieng Wonosobo. Jangan lupa terus ikuti, like,  komen and share  artikel Minilemon yang lucu dan inspiratif, salam.  Minilemon.
oleh : Ocha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H