Pasti dari kita sudah tidak asing dengan nama-nama seperti Eminem, Jay-Z, Pitbull, Lil Wayne atau Drake. Bagi penggemar musik pop, pasti sudah tidak asing dengan nama-nama rapper diatas. Yaps! Para musisi diatas adalah musisi yang memiliki style musik rap. Apa sih musik rap itu?
Rap merupakan style musik dimana ucapan yang diucapkan secara berima atau dinyanyikan (“rap”) dengan iringan musik. Musik ini biasanya digunakan sebagai musik pendamping dalam genre musik Hip-Hop. Musik ini dikenalkan oleh kelompok komunitas Afrika-Amerika di New York pada 1979.
Saking menjamurnya trend musik rap ini, banyak sekali rapper yang bermunculan dari berbagai kalangan. Bagi generasi 2000-an pasti sudah tidak asing dengan Iwa K dan Saykoji.
Saykoji dengan lagu hits nya ‘Online’ dan Iwa K dengan ‘Bebas’ memberikan angin awal mulai berkembangnya industri rap di Indonesia. Prestasi Rapper Indonesia sendiri mulai masuk ke kancah internasional dengan munculnya rapper muda, Rich Brian yang berhasil masuk ke industri musik Amerika. Single debutnya "Dat $tick" berhasil meraih kesuksesan besar pada 2016 silam.
Namun dibalik ketenarannya, musik rap sering diberi stigma negatif di masyarakat loh. Kenapa bisa begitu?
Musik rap kerap dikritik dikarenakan kesalahpahaman dengan lirik-liriknya. Seperti yang kita ketahui, musik merupakan media berekspresi bagi para musikus tak terkecuali dalam musik rap. Tak jarang lirik dalam musik rap bersifat kontroversial mulai dari pergaulan bebas, kekerasan bahkan kritik melawan penindasan politik dan sosial.
Namun meski begitu, saat ini sudah banyak rapper yang dapat melawan stigma tersebut.
Sudah banyak musikus hiphop lokal yang mulai membaurkan musik rap dengan budaya lokal.
Lagu viral Tik Tok, Cuma Saya ini memiliki genre reggae namun didalamnya juga terdapat lirik yang dinyanyikan secara rap oleh group Hip Hop asal Papua, M.A.C. Stigma negatif seperti lirik lagu tak senonoh atau mengarah pada kekerasan tak kita jumpai dalam lagu viral ini.
Lagu ‘Karna Su Sayang’ yang dinyanyikan oleh Near, musisi asal Nusa Tenggara Timur dengan Dian Sorowea. Lagu ini menjadi viral dan dinyanyikan oleh musisi kondang tanah air, katakanlah Via Vallen dan artis Boy William. Dengan aksen timur yang kas serta melodi yang ciamik, lagu ini dapat dinikmati dan dinyanyikan oleh seluruh kalangan di tanah air.
Viralnya lagu hiphop diatas menjadi bukti bahwa tak semua lagu rap memiliki konotasi negatif. Bahkan jika dapat dikelola dengan baik, musik rap dapat menjadi mahakarya yang indah serta dapat menjadi media memperkenalkan budaya bangsa.
Dalam menyikapi akulturasi budaya tersebut, salah satu animasi kebanggaan Tanah Air, Minilemon, membuat karakter yang diceritakan sangat menyukai musik dan bercita-cita menjadi rapper internasional.
Tokoh Minggus, dikisahkan memiliki watak yang berhati lembut, sensitif dan suka membantu teman-temannya dalam menyelesaikan masalah. Apakah Minggus juga akan mencapai kesuksesan seperti Rich Brian?
Jangan lupa selalu nantikan keseruan Minggus di Minilemon melalui instagram @minilemon_id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H