"Sebagai kucing, ada banyak keinginan kita yang mustahil untuk terkabul. Tapi tidak sedikit keinginan kita yang sangat mudah terkabul." Cetok berdiri, memutari singgasana. "Sebagai Tetua, aku ingatkan agar penduduk kucing tidak perlu kecewa andaikan banyak keinginan tidak tercapai. Tugas utama kita adalah usaha."
"Tetua," tiba-tiba terdengar suara dari bawah pohon cabai. Itu jelas suara Lenin.
"Mungkinkah keinginan saya untuk punya bulu merah jambu akan terwujud?"
Meri melirik. Hadirin memandang kurang sopan ke Lanin. Dalam benar para kucing menganggap kalau tindakan Lanin yang tiba-tiba itu tadi sebuah bentuk ketidaksopanan. Mana ada sejarah rakyat kucing menghentikan ucapan Tetua kucing.
Cetok mencakar kayu di sebelahnya. Hadiran berubah ketakutan. Masing-masing dalam hati menyalahkan Lanin yang sudah sembrono memotong ucapan Tetua.
"Siapa namamu?" Cetok bertanya ke Lanin.
"Namaku Lanin."
Hening. Semua berdoa agar senja tak lekas berganti petaka.
"Haha." Cetok kembali ke singgasana. "Kamu adalah satu-satunya kucing yang berani memotong ucapanku."
"Maafkan saya." Barusan Meri berbisik tentang tingkah Lanin. "Maaf karena saya lancang."
"Tentu tidak." Cetok kembali tertawa. Riang. Sangat bahagia. Membuat hadirin ternganga tidak percaya. Selama ini Cetok dikenal ganas garang tanpa senyum, mendadak di awal tahun 2021 menjadi kucing yang berbeda.