"Ada banyak hal yang kita inginkan tapi tidak bisa terwujud." Meri kembali berkata, "kamu ingin bewarna merah jambu. Itu hanya akan jadi ingin tanpa pernah terwujud."
"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Kenapa keinginan tidak bisa terwujud?"
"Bapakku pernah bilang kalau kita semua pasti punya keinginan. Tapi keinginan itu ada banyak levelnya."
"Level? Seperti apa itu?"
"Keinginan yang bisa terwujud jika mau berusaha. Keinginan yang tidak akan pernah terwujud meski kita sudah berusaha."
Sebelum Meri melanjutkan ucapannya, terdengar tiupan terompet dari dalam rumah Tetua. Tak lama kemudian muncul Cetok si Tetua, kucing paling disegani di Desa Kucing. Cetok punya tubuh kuat dan liat. Warna bulunya hitam belang-belang. Meski hanya punya satu mata, dia adalah kucing paling jago berburu. Paling pandai menumbangkan lawan, itu sebabnya dia diberi jabatan sebagai Tetua. Tidak peduli jika dia masih muda.
Setelah berkeliling menyapa penduduk Desa Kucing, Cetok duduk di singgasana yang terbuat dari tumpukan jerami segar.
"Terima kasih kalian sudah mau berkumpul." Suara Cetok menggelegar  cukup berwibawa. Semua hadirin khidmat  menyimak.
Cara Cetok bicara mampu mengalihkan semua perhatian, bahkan perhatian Lanin pada langit serupa permen. Lanin mendekat, berdempet pada tubuh Meri.
"Ini adalah awal tahun 2021." Cetok melanjutkan ucapannya. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap awal tahun kita akan memanjatkan keinginan."
Lanin mengangguk. Keinginan. Itu yang Lanin ingin dengar dari tadi. Penjelasan Meri tidak banyak membantu dan justru membuatnya semakin ruwet.