Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Saat Hujan Menyapa, Ingat Pesan Mama

5 Januari 2021   23:11 Diperbarui: 5 Januari 2021   23:16 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jas hujan untuk naik sepeda

Awal tahun 2021 disambut dengan kehadiran hujan di pelataran rumah. Dia datang tanpa permisi. Begitu heboh seolah baru saja diusir, oh maaf, seolah ditumpahkan dari langit. Loncat-loncat bahagia merayakan kebebasan dari perut awan yang kegendutan.

Tidak begitu paham apa misi hujan kali ini. Dugaan sementara dia menyerupai jawaban doa-doa para kaum jomblo. Hujan deras adalah satu harapan para kaum jomblo untuk mengawali tahun. Biar tidak ada orang ramai-ramai berkerumun di luar sambil mainan kembang api.

Hujan adalah keributan yang selalu dirindukan untuk menyapa kembali. Meski belakangan hujan sering jual mahal atau malas untuk berkunjung.

Bagi kaum perindu, hujan adalah harapan baru. Sebagai anak petani yang lahir dan besar bersama hasil tani, kiranya cukup bagi saya memahami betapa hujan adalah kerinduan para tanaman setelah dihajar kemarau satu semester.

Bersama hujan, rasanya bisa kudengar nyanyian alam nan elok. Begitu sopan menerobos gendang telinga.
Panah-panah hujan menabrak genteng rumah menghasilkan alunan melodi syahdu. Serupa musik pengantar tidur.  

Sebagian orang membenarkan jika hujan adalah teman baik sang tidur. Tapi bagaimana dengan sebagian yang lain?

Hujan dan kenangan

Meski hujan adalah waktu terbaik untuk tidur, tidak selamanya begitu untuk saya dan beberapa kawan.

Setidaknya ada satu kenangan di mana hujan pada masa itu membuat saya tidak bisa tidur. Justru menghadirkan rasa was-was. Ya, saya sempat ketakutan karena air hujan membasahi seluruh sudut rumah.

Saya dan mama terpaksa terjaga sebab genteng rumah yang memprihatinkan. Bagaimana bisa kami memejamkan mata sementara anak panah hujan begitu santer mengoyak kasur dan tumpukan buku di meja.

Hujan punya cerita 
Hujan punya cerita 

Hujan Menyapa, Ingat Pesan Mama

Hujan, kini baru saya tahu jika dia adalah musuh dari para pekerja pengelaju jarak jauh.
Rumah tinggal saya berada di daerah berbukit batu. Hal ini selalu membuat orang rumah cemas jika saya terlambat pulang. Terlebih jika musim hujan tiba.

Bukit-bukit yang saya lewati sekilas tampak gagah menjulang dan cantik. Tapi tahukah kamu jika dibalik semua itu ternyata mereka rapuh. Hujan semalam mampu merobohkannya.

Longsor sering jadi momok mengerikan bagi  jalanan yang saya lewati. Inilah yang membuat orang rumah sering galau saat hujan menyapa dengan ganas sementara anak gadis tidak tahu di mana rimbanya.

Mama bilang saya tidak boleh klayapan jika hujan turun.

Kita masih belum merdeka dari demam berdarah

Selain tanah longsor, hal lain yang patut dikhawatirkan pula diwaspadai adalah munculnya penyakit demam berdarah.
Saat ini memang kita sedang sibuk-sibuknya dengan virus Corona, tapi tetap harus diingat bahwa demam berdarah juga merupakan kasus dengan jumlah kematian yang mengerikan.

Demam Berdarah bisa menyerang siapa saja tanpa permisi. Mana ada nyamuk berakhlak. Satu-satunya yang bisa diupayakan hanyalah mencegah terjadinya. Tidak perlulah menimbun sampah. Jika ada genangan tak jua surut, lekas-lekas kuras.

Bukan salah hujan jika banjir ngamuk

Mama selalu ingatkan agar peduli pada lingkungan sekitar rumah. Kebersihan lingkungan adalah kunci dari kesehatan itu sendiri.

Mengecek saluran air penting, agar luapan air bisa mengalir dengan bebas. Tidak perlu menimbun sampah, lekas-lekas musnahkan jika banyak sampah di sekitar rumah.

Hujan datang membawa pesan dari mama agar kembali beres-beres jika tidak mau kebanjiran.
Kita sama-sama tahu jika banjir bukan kesalahan hujan. Tapi kita sering terang-terangan menuduh si hujan adalah alasan utama penyebab banjir.

Menunggu hujan di pelataran 
Menunggu hujan di pelataran 

Waspada pohon tumbang

Tinggal dengan ditemani tumbuhan yang menjulang memang keren dan penuh asupan udara segar. Namun lebih baik lagi kalau pohon-pohon itu dicek pula dikondisikan. Hujan kadang tidak bersahabat dengan pepohonan tua. Sering mereka berkelahi dan berakhir dengan si pohon tumbang minta ampun. Jadi sebelum ada kejadian ini, wajib bagi pemilik pohon untuk memangkas sesuai standar keamanan.

Hujan datang bersama teman sejatinya,

Hal lain yang sering membuat saya takut adalah saat si hujan lewat dengan membawa karib dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang bayu. Angin besar yang tak hanya bikin bulu kuduk merinding tapi juga membuat pikiran traveling ke mana-mana mencari tempat berlindung.

Jika telah datang kedua makhluk ini (hujan disertai angin kencang) usahakan untuk memantaunya. Karena keduanya sering iseng menjatuhkan banyak hal.

Tidak perlu takut jika hujan menyapa pelataran rumahmu. Dia baik dan bersahabat. Dia bukan pendendam. Tugas kita hanya terus menjaganya agar tetap baik. Jangan sampai membuatnya ngamuk.
Saat keluar usahakan bekal payung atau jas hujan. Membiarkan tubuh tercabik-cabik hujan memang melegakan tapi tidak selamanya menyehatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun