Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Amunisi Demi Kembali Belajar Online

3 Januari 2021   22:44 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:23 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2021 begitu hening. Aroma hujan menampar pelataran rumah Bapak dengan galak. Terompet dan kembang api absen berkunjung di malam pergantian tahun. Sementara notifikasi WA terus bertandang bagai tamu di hari raya. Bersyukur tidak ada penghalang untuk sebuah silaturahmi meski harus via pesan singkat.

Weekend di awal tahun 2021 menjadi hari sibuk bagi sebagian orang termasuk saya. Ketika banyak orang memilih menghabiskan waktu untuk jalan atau sekedar bersantai dengan keluarga, saya justru berhadapan dengan soal-soal UAS. Saya yakini inilah yang bisa saya berikan untuk menghormati para tenaga kesehatan yang sedang berjuang di garda depan melawan covid. 

Dua tahun sudah saya menjalani rutinitas ini. Menggadaikan weekend dengan ilmu-ilmu baru yang saya pilih. Kembali belajar dengan setumpuk buku dan referensi. Yang kadang menerbitkan iri. Orang iri dengan saya yang bisa belajar dengan gampang. Saya iri dengan orang yang bisa santai tanpa kehabisan modal piknik.

Saat yang sama, lonjakan sebaran covid kembali merangkak naik. Bukan sesuatu yang mengejutkan. Bukankah sebelumnya memang sudah diprediksi demikian. Sampai pada hal yang sejujurnya saya khawatirkan tentang mutasi virus atau munculnya varian virus baru. Ternyata benar hal ini terkonfirmasi bahkan tidak menunggu waktu lama. Lalu apa kabar dengan kembali belajar di sekolah yang sudah dirindukan para anak-anak? Apa kabar dengan orangtua yang memang ingin anaknya kembali belajar di sekolah bersama gurunya?

Tidak harus menunggu menjadi ibu atau pendidik untuk merasakan kegalauan yang para orangtua dan guru rasakan. Sebagai 'murid' pun saya bisa memahami situasi yang kurang bersahabat ini. Saya bisa saja enteng bilang kelas-kelas online itu lebih fleksibel, efektif dan tidak ketinggalan. Tapi bagaimana dengan mereka yang jangankan bisa mengakses internet, punya ponsel dan sinyal saja tidak?

Pada titik sekarang saya akhirnya mengakui jika belajar online adalah pilihan tepat. Tapi saya juga sadar, jika saya baik-baik saja dengan belajar online, belum tentu orang lain merasakan hal yang sama. 

rindu kembali belajar tanpa was-was
rindu kembali belajar tanpa was-was

Sejak awal mula diberlakukan kelas online, saya sudah predisksi akan terjadi 'berontak'. Muncul ketimpangan di sana-sini. Itu bermula dari tahun-tahun sebelumnya di mana saya selalu dapat kabar dari pedalaman Timur. Bagaimana mereka anak-anak pedalaman belajar selama ini. Ada sesuatu yang mendadak tampak sulit dan tidak adil. Keluh kesah di sana sini, berbanding dengan doa-doa panjang yang dilangitkan. Hampir setiap hari saya berjumpa dengan postingan ibu-ibu yang mencemaskan anak-anak mereka. Mewartakan betapa 'kerasnya' kelas online yang tidak ketahuan seperti apa efeknya. Belum lagi biaya sekolah yang sama saja dikeluarkan selayaknya kelas offline.

Namun nampaknya tahun ini pun kita akan kembali belajar online, utamanya di daerah selain zona hijau. Semua demi ikhtiar keselamatan. Saya yakin kelak jika keputusan tentang kembali belajar ini tayang, itu sudah melalui banyak pertimbangan oleh mereka-mereka pemangku kebijakan. Selain berdoa dan berusaha yang terbaik, apa lagi yang bisa kita lakukan?

Meski bukan guru di sekolah, saya juga telah sering mendapat teror dari adik-adik (murid) tentang keinginan mereka untuk kembali belajar tatap muka. Kebosanan sendirian adalah hal utama yang membuat mereka (adik-adik murid) tidak bisa menikmati kelas online. Mereka yang biasanya bergerombol mendadak harus sendiri asing seperti anak ayam kehilangan koloninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun