Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita Ini Jangan Berhenti di Kamu

31 Desember 2020   23:12 Diperbarui: 31 Desember 2020   23:14 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tenun Adonara (dokpri)

Pejuang Cinta Jangan Lupakan Kejutan

Kepada engkau para pejuang cinta, ada dua hal yang bisa kau lakukan untuk membuatnya tersentuh; mendoakannya diam-diam dan memberinya kejutan. 

Bukan perkara apa hadiah yang kau beri. Bukan pula berapa nominal harga barang itu. Sekotak coklat atau setangkai bunga kadang cukup menghangatkan. Memunculkan harapan dan mengokohkan rasa. Bahkan segenggam biji sawi adalah kebahagiaan yang sulit terukur.

Seperti sebuah pohon randu, mula-mula dia tumbuh dari sebiji benih yang diterbangkan angin. Lalu berakar, tumbuh, kuat dan kokoh. Begitu pun cara membangkitkan sebuah rasa. 

'Jika diizinkan boleh kiranya kado ini mewakili rinduku yang sudah tak mampu lagi kubendung.'

'Bingkisan ini mungkin tampak biasa saja, tapi tahukan kamu, ini adalah awal cerita perjalanan kita.'

'Walau jarak belum mengizinkan kita bertatap muka, setidaknya bingkisan ini mampu menggambarkan rasaku rasamu.'

Secarik kertas, selarik kata dalam sekotak hadiah yang kau kirim diam-diam akan menjadi kejutan untuk orang yang menerimanya. Kejutan tetaplah cerita menarik yang sukar untuk ditukar dengan kotak-kotak hadiah lainnya. Dalam perjalanan sebuah paket dari pengirim menuju penerima pastilah melintasi banyak jalan cerita. Jika kotak-kotak paket itu bisa berucap, tak cukup waktu semalam mereka mendongeng. 

Pada suatu hari yang telah lampau, seorang kurir JNE mampir ke rumah Bapak. Hari-hari itu rasanya saya tidak sedang menunggu paket dari siapa pun. Tapi begitu melihat buntelan yang (tidak) terlalu rapi dengan berat lumayan, tetap saja menerbitkan bahagia. Melihat nama pengirimnya pikiran langsung meloncat pada satu kisah menuju kisah yang tak pernah berkesudahan bahkan hingga hari ini. Sebenarnya dari mana sebuah cabang rindu bisa tumbuh? Dan dari mana sebuah harap bisa berakar kuat?

Ini yang disebut kejutan. Tanpa ada aba-aba, bahkan tanpa dibayangkan sebelumnya, sebuah paket yang dibawakan oleh kurir JNE mewartakan berita bahwa ada seseorang di belahan dunia sana yang ternyata masih mengingat nama kita. Padahal orang yang memberi sekotak hadiah ini sudah setahun lebih hilang tanpa jejak.

'Saya kirimkan tenun dari Adonara. Semoga kiriman ini mampu membuktikan bahwa kita masih saling memikirkan.'

Terus terang saya terkejut menerima dan membaca ucapan yang ada dalam paket. Ini terlalu mendadak dan tentu saja mengejutkan.

Kebahagiaan saat menerima kejutan seolah menjadi efek domino. Konon jika kita mau dan mampu berbagi kebahagiaan yang sedang kita cicipi maka rasa bahagia itu akan meningkat. Maka  kebahagiaan ini enggak bisa kalau hanya saya sendiri yang rasakan.

Dulu saya cuek dan tidak terlalu memikirkan orang lain. Jangankan memberi kado, berbagi ucapan selamat ulang tahun saja rasanya malas banget. Tapi nyatanya es dalam tubuh saya mencair berkat sekotak tenun dari Timur. Ada kenangan manis dalam sepaket kotak yang dibawa kurir JNE.

Begitu mulanya dan selanjutnya jadi keterusan. Membungkus kado mendadak jadi aktivitas yang menyenangkan. Tidak jarang jadi moment yang ditunggu. Kalau dulu hanya membungkus dan kirim dagangan saja, sekarang tidak lagi. Saya mencatat nama-nama orang yang dekat (di hati) namun jauh (tempat tinggal). Berbekal catatan alamat yang terkumpul saya mulai berkirim hadiah, meski tidak seberapa mewah. Berbagi kebahagiaan itu ternyata candu. Bisa juga melenyapkan toxic yang mengintai di sekitar kita.

Saya juga jadi paham jika hati yang keras bisa melunak jika sering-sering dikirimi kejutan.

Kotak-kotak bahagia untuk mereka yang terkasih,

Beberapa waktu lalu Komunitas Kompasiana Jogja berbagi kebahagiaan buat adik-adik panti. Meski tidak ikut datang ke lokasi, menitipkan hadiah kecil untuk adik-adik panti sanggup menumbuhkan haru. Menyantuni tidak harus menunggu kaya. Toh definisi kaya itu relatif. Sukar untuk dijabarkan meski dengan lembaran-lembaran naskah. 

tenun Adonara (dokpri)
tenun Adonara (dokpri)

Pertengahan tahun lalu saya pergi ke Bali. Tiba-tiba ingatan saya memberontak. Menjelang take off, pandangan tertuju pada orang-orang yang berseliweran di bandara. Saya mengira-ira adakah buah tangan dalam koper yang mereka seret? Seperti apa perasaan orang-orang yang tengah menunggu mereka? Mampukah kejutan yang mereka siapkan meluluhkan orang yang kelak menerimanya?

Membayangkan semua hal itu membuat saya ingin cepat-cepat sampai rumah. Saya sudah siapkan hadiah-hadiah kecil untuk keluarga. Pula telah saya rencanakan beberapa bingkisan hadiah untuk beberapa kawan. Bingkisan-bingkisan itu saya paketkan lewat bantuan kantor JNE. Sebelum diteror oleh-oleh, memang baiknya saya beri kejutan duluan.

Ternyata respon yang saya terima cukup menghentakkan. 

Baru sekali ini saya kirim barang dan orang yang menerimanya terharu sebab sepanjang hidupnya yang jelang tiga puluh tahun, dia mengaku baru dua kali dapat kado. Salah satunya adalah paket yang saya kirimkan. Ini bukan saya saja yang memberi kejutan tapi juga saya yang menerima kejutan. 

Di zaman yang begitu canggih dan serba cepat ternyata masih banyak orang yang sepanjang hidupnya minim mendapat hadiah. Bukankah berbagi, memberi, menerima, mengingat dan mendoakan adalah rangkaian yang tak terpisahkan? 

'Kamu adalah orang kedua yang memberikan hadiah kepada saya,' 

begitu pesan masuk ke WhatsApp ketika paketan yang saya kirim sampai di tempat tujuan. Pesan itu mengaduk memori  pada sekotak kemplang Palembang yang mendarat manis di halaman rumah bapak. Padahal seumur-umur belum pernah kami order kemplang.

Dari berkirim-kirim kado, saya jadi dekat dengan banyak orang. Meski hanya berkenalan di sosial media dan sekali jumpa, berkat bingkisan-bingkisan itu rasanya jarak yang tadinya jauh mendadak jadi ringkas. Seolah bingkisan itu menjelma bagai gunting yang mampu memotong jarak.

 Keajaiban sebuah kado mengganjar saya dengan sebuah kawan dan keluarga yang sebelumnya tidak saya punya.

Kalau dengan berbagi bisa menghangatkan, kenapa masih ragu? Kalau bahagia bisa hadir dengan memberi, kenapa harus nanti? Kalau ternyata yang saya kirimkan kepadamu hanyalah segenggam biji bunga matahari, percayalah itu satu bentuk kehangatan yang mampu saya bagi untukmu. Kelak dari biji bunga itu akan lahir cerita baru. Semoga darinya kamu juga akan beroleh cerita bahagia yang lain. Tolong jangan biarkan cerita ini berhenti di halaman rumahmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun