Sudah lewat seminggu acara ini diselenggarakan, namun kegembiraan (dan rasa lain) masih terus membayangi saya bagai seekor kutu di rambut; sulit dicerabut dan membuat gatal.
Ini adalah marathon pertama yang saya saksikan (kalau tidak salah ingat). Sebuah ajang lari yang tidak hanya berskala nasional namun juga international. Diikuti lebih dari 8.000 peserta dari berbagai negara.Â
Saya sengaja memilih menunggu mereka di garis finish, bukan hanya karena tempatnya rindang namun tujuan utamanya adalah melihat seperti apa wajah-wajah 8.000 peserta tersebut.
Pada mulanya saya tidak peduli siapa yang mendapat juara pertama, satu-satunya yang saya pedulikan adalah bagaimana nasib kawan-kawan (yang secara pribadi sangat kenal) dalam menaklukan garis finish secara saya bahkan kesusahan untuk menemukan sosok mereka di antara 8.000 pelari lainnya.Â
Namun pada akhirnya saya harus mengakui bahwa pelari-pelari Kenya memang unggul di sini. Saya beruntung bisa melihat langsung di garis finish saat pelari tersebut menerobos pita sang juara.
Ucapan terima kasih kepada kompasiana tentu saja sebab berkat kompasiana saya bisa menerobos masuk tempat acara dengan tanpa worry.
Terima kasih kepada penyelenggara acara yaitu Bank Mandiri dan BUMN.
Dalam wawancara, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmojo menyatakan harapan besarnya agar mandiri Jogja Marathon 2018 yang berpusat di Prambanan ini bisa juga sebagai ajang untuk promosi wisata. Berharap agar potensi wisata lokal Yogyakarta lebih dikenal lagi oleh mata dunia mengingat peserta tidak hanya berasal dari dalam  tapi juga luar negeri (Malaysia, Jepang, Kenya, Brunei Darussalam, Irlandia, India, China, Brazil, Singapura, Filipina dan Australia).
Geoffrey Birgen dan Peninah Jepkoech Kigen Sain Alim adalah peraih pertama pada kategori 42 KM putra dan putri.