Bagaimana ceritanya seekor ayam bisa bertanduk? Itu mustahil. Bagaimana bisa ada kelinci mendadak berkacamata, bersweeter dan duduk di sebuah kursi sembari menenteng buku bertuliskan 'sejarah kereta api'?
Saya sangat yakin teman-teman bisa membayangkan seperti apa menggemaskannya kelinci yang sedang membaca buku sejarah kereta api. Saya juga sangat percaya jikalau teman-teman pernah melihat film yang berkisah tentang hewan yang menjalani hidup bagai manusia; berumah tangga, memasak, bekerja kantoran, belanja, main ayunan dan lain lain dan lain lain.
Bagaimana bisa mereka jadi seperti itu?
 "Bermain warna itu boleh, tapi harus dengan logika dong!"
"Hello, sejak kapan matahari bewarna biru? Sejak kapan pula laut jadi ungu?"
"Ini kepiting? Sejak kapan kepiting lahir dengan sayap?"
Kali ini saya tidak yakin jika teman-teman pernah menerima keritik serupa di atas. Tapi saya yakin pasti teman-teman pernah dengar pertanyaan-pertanyaan serupa itu dilontarkan seorang dewasa kepada adik-adik. Saya yakin pernah.
Pensil Warna, Gambar dan Buku
Hari Minggu lalu seperti biasa Klub Buku Yogyakarta menggelar lapak baca gratis di khawasan CFD dekat dengan toko buku Gramedia. Kebetulan hari itu juga sedang ada acara Gramedia Festival Literasi. Suasana riuh dan semarak. Para peserta karnaval memakai atribut yang mencolok dengan rumbai-rumbai yang dibuat sedemikian hingga menimbulkan naluri untuk ikut selfie atau sekedar satu jepretan mengabadikan suasana.
Saya duduk bersila di aspal yang insyaAllah pagi itu masih suci dan gigil.
Bagai seorang mbok-mbok penjaja cabe, saya menggelar buku-buku di alas dan menunggu para pengunjung mampir untuk baca-baca.