Aku masih bingung mau pesan apa, sampai-sampai dibilangnya aku ini pemilih makanan padahal lho aku ini apa saja doyan kecuali kambing dan ini mendadak di kedai sate kambing.
“Mas To, kalau yang tidak suka kambing gimana sih biar suka? Biar bisa makan gitu?” akhirnya saya pun bertanya demikian daripada nyengoh, 20 tahun dan gak paham apa penyebabnya.
“Untuk yang tidak suka kambing, di sini kami menyediakan ayam. Tinggal pilih. Tapi kalau nggak sukanya kambing karena bauk prengusnya, maka disini sudah teratasi. Olahan daging kambing kami tidak berbau sama sekali. Nanti bisa dibuktikan jika sudah pesan. Soalnya biasanya yang membuat daging kambing prengus itu karena penyembelihannya kurang bersih dan kurang pas. Hal ini yang memicu zat dalam kambing bereaksi.”
Gusti, aku melongo mendengar penjelasan Mas To.
Dan yakin merasa tertantang, maka sore itu setelah menunggu 20 tahun akhirnya aku memutuskan untuk makan sate klathak pedas manis olahan kedai Nglathak.
Kukira aku akan mual atau pusing, taunya justru nambah dengan ngicipin makanan pesenan temen-temen Kjog. Aha...ternyata aku bisa makan olahan daging kambing.
Setelah aku berkabar tentang Nglathak, teman yang dari Surabaya langsung mengontak dan minta diantar ke Nglathak nanti pas dia ke Jogja. Aku sih siap, tempatnya di tengah kota ini, deket dengan kampus UGM dan UNY. Lebih dari apa pun, pemiliknya pinter membuat susana menjadi kekinian dan memikat. [MIN]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H