Mohon tunggu...
Vera Lesmana
Vera Lesmana Mohon Tunggu... -

\r\nselamat membaca :-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Atas Nama Ta'aruf

8 Mei 2012   14:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sungguh pun taaruf bukanlah sebuah permainan bukan sekedar coba-coba bukan
sekedar perkiraan

“hmm siapa tahu cocok…”

“hmm siapa tahu jodoh…”

“siapa tahu" siapa tahu…’
atau bahkan

” Hmm lumayanlah buat hepi-hepian…???????”

Sungguh Taaruf itu bukanlah sebuah keisengan seperti itu….!!!!

Bagaimana mungkin SATU-SATUNYA JALAN YANG DIHALALKAN OLEH ALLAH OLEH ISLAM adalah sebuah permainan iseng permainan coba-coba sebuah kesenangan terselubung…??????

Bagaimana mungkin suatu upaya untuk menghindari PACARAN justru tanpa disadari masuk dalam PACARAN tersebut

Bagaimana mungkin sebuah upaya untuk membuahkan suatu yang suci… suatu ikatan yang mahal harganyasebuah perjanjian agung yakni PERNIKAHAN adalah sebuah lelucon yang bisa dilakukan dengan siapa saja…siapa saja yang mau siapa saja yang ada atau sebuah iseng-iseng berhadiah…??????????????

Jika engkau memang sungguh serius…

DATANGLAH PADA ORANGTUA KAMI…!!!

JAWAB PERTANYAAN KAMI DENGAN LANTANG…!!

DIHADAPAN KAMI…!!!!

JAWAB PERTANYAAN KAMI SECARA LANGSUNG….!!!!

kami wanita ingin pemimpin yang berani….

kami wanita yang ingin menjaga diri…

kami wanita yang tidak ingin diberi harapan palsu…janji gombal….

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Permintaanku tidak banyak.

Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi.

Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.

Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun