Mohon tunggu...
Stefanus Dominggus
Stefanus Dominggus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Filsafat Unika Parahyangan Bandung. culture studies, lovely music and writing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Evolusi Penipuan

5 Juni 2013   13:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:30 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

what!!!...

haduhh,,, intronya terlalu lama pak deh...  ini  sebenarnya modus lama , tapi  sekaligus baru buat saya. lama dikarenakan , saya pernah mengalami hal yang serupa, baru dikarena kan saya mengalami hal tersebut sore hari ini, dan yang paling saya tidak terima adalah, :

Why???  tapi kenapaa!!!

saya bertemu dengan orang yang sama , dengan cara yang sama, dia coba untuk menipu saya dan tersangka hanya merubah alur ceritanya saja. dulu dia berasal dari pengalengan dan mau ke gedebage.

sebebtulnya ini bukan hanya suatu kebetulan, tapi ini adalah suatu keseharian. keseharian bagi dirinya, dan keseharian bagi saya.

saya tidak mempersoalkan berapa kali pun saya pernah ketipu( walaupun dari awal saya sudah tahu kalua itu hanya usaha atau modus dia saja). dan saya pun sudah banyak menjumpai modus sperti ini, bahkan dengan format yang sangat rapi, tersusun,pasti dan "meyakinkan" kalau mereka benar2 mau menipu. tapi guys, pernah gak sih kita sedikit berpikir ,  bahwa sebenarnya,  kita adalah bagian dari kebebasan mereka, bahwa kita adalah bagian dari pilihan mereka. ketika kita menolak kita benar dalam mengapresiasikan kebebasan kita, tapi sekaligus "memperkosa kebebasan kita".

guys,  yang mau saya sampaikan disini adalah, bahwa keseharian sadar atau tidak adalah bentuk lain dari "penipuan".  kesaharian mewakili realitas paradoks , ia seperti cermin yang seakan -akan menawarkan, mewakili apa yang kita inginkan yang sebetulnya kita hnya memuja hasrat palsu. atau jangan2 itu hanya keinginan gen semata.dan sebaliknya, apabila kita dihadapkan pada realitas yang bukan kita inginkan, jangan2 disanalah tedapat kebenaran yang sesungguhnya . atau jangan2 kini kebenaran telah muak dengan realitas, sehingga kebenaran menjellma menjadi "penipuan" yang sesungguhya disitu terdapat ketersingkapan baru tentang makna kebenaran.

atau jangan2 penipuan2 yang ada saat ini adalah 'jembatan' untuk mengantar kita pada realitas kebenaran.

atau jangan2 kebenaran dan penipuan kini setipis kertas dan memiliki makna yang kabur!

dari pengalaman sore ini,setidaknya telah mengantar saya untuk mempertanyakan , mengkritisi, dan meng"evolusi" sang ilusi sejati. yaitu Tuan Paradoks.

salam hangat. mingguz / bandung Unt4inkable

w

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun