Jika kita mendengar atau membaca nama Dubai, satu yang pasti melekat adalah Palm Island. Land (atau tepatnya island) mark yang menjadi kekuatan diferensiasi branding Dubai dibanding kota-kota besar lainnya di kawasan Timur Tengah. Ya, Dubai berhasil dalam city branding sebagai destinasi plesir yang eksotis. Â
Para pengamat properti dan praktisi pariwisata berani berspekulasi, bahwa reklamasi pantai utara Jakarta akan berdampak luar biasa terhadap pembangunan citra Jakarta sebagai destinasi wisata dan pusat ekonomi terkemuka. Jakarta akan memiliki superblock dan waterfront city laiknya kota-kota besar di dunia. Dibanding saat ini, bila menyebut nama Jakarta, nyaris tak ada branding yang melekat. Paling banter, Jakarta diasosiasikan dengan banjir, kumuh dan macet. Bahkan hal itu pun diakui dunia.Â
Dengan mengesampingkan polemik nan kontroversial seputar reklamasi, Jakarta berpotensi menyusul Singapura, Dubai, Belanda, dan Venesia sebagai kota besar yang maju berkat upaya reklamasi pesisir pantai. Di dalamnya dikembangkan kawasan baru yang berkelas elite. Bahkan kabarnya, Malaysia mulai melakukan hal yang serupa demi meningkatkan devisa negara melalui pajak wisatawan dan pajak kepemilikan properti.Â
Merujuk keberhasilan tetangga terdekat kita, Singapura yang menjadikan Sentosa Island sebagai city branding, ataupun UEA dengan Dubai-nya, semakin menguatkan prediksi bahwa 5-10 tahun ke depan denyut nadi suatu negara akan kembali menuju kota-kota pesisir pantai dengan potensi reklamasi yang besar. Sebagaimana di zaman dahulu, ketika wilayah-wilayah seperti Cirebon, Sunda Kelapa, Malaka, Makassar maupun Maluku menjadi kota pesisir maju dan berkelas di nusantara. Â
Singapura yang hari ini menjadi negara ikonik di Asia, berhasil mengelola kawasan bisnis secara tepat dengan berbasis pada perdagangan yang dibackup oleh reklamasi sehingga bisa mendatangkan hasil yang maksimal dari aspek investasi. Sentosa Island merupakan proyek prestisius yang digagas sejak tahun 2001 dengan tujuan utama: menambah kawasan perumahan, industri, dan wisata. Â
Hebatnya, Negeri Singa ini telah mempunya concept plan penambahan luas wilayah melalui reklamasi hingga 50 tahun ke depan. Para pengamat menyarankan pemerintah Indonesia untuk tidak malu belajar kepada Singapura dalam membangun city branding Sentosa Island. Dengan segenap potensi yang ada, Jakarta diyakini sanggup bersaing dengan kota-kota pesisir besar di dunia asalkan penanganan pembangunannya diselenggarakan secara transparan dan manusiawi.Â
Dalam menyikapi problematika reklamasi teluk Jakarta, perlu kerjasama serius antara pemerintah pusat dan daerah yang berencana membuat Great Sea Wall di Jakarta, dan para pengembang swasta yang membangun pulau-pulau buatan di kawasan kepulauan Seribu/Teluk Jakarta. Potensi investasi yang bisa disedot dari reklamasi ini sangat besar. Dan sebaliknya, jika proses reklamasi tersendat, tidak hanya pengembang dan masyarakat yang rugi, tetapi para insvestor pun berpikir ribuan kali untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Obsesi (pemerintah) Indonesia untuk mewujudkan negara yang berpikiran maju dan ambisius, dipertanyakan.Â
Jika K-ers merasa bahwa opini pribadi saya ini patut didukung, mari sebarkan link artikel ini seluas-luasnya. Semoga sampai ke pemerintah, dan mereka tergerak hatinya untuk memuluskan proyek reklamasi demi mewujudkan city branding Jakarta. Mari kita merekonstruksi imej negatif (banjir, kumuh dan macet) yang selama ini mendominasi di kepala publik dengan pulau-pulau ikonik, Jakarta destinasi wisata yang mempesona.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H