Mohon tunggu...
Ines Lesawengen
Ines Lesawengen Mohon Tunggu... Jurnalis - Bachelor of Political Science

Belajar Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Cinta Sang Aktivis

29 April 2020   09:14 Diperbarui: 24 Agustus 2020   20:45 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat libur natal tiba, aku memutuskan itu bernatal bersama keluargaku yang di kampong. Jadi selama libur itu aku dan dia menjalani hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR) bahasa gaulnya. Dan hubungan LDR ini sangatlah buncin bahasa anak muda pacaran, dan menurutku ini hubungan paling rumit karena kita harus saling kabar tiap menitnya.

Selama liburan natal di kampong halamanku, aku banyak mendapat wejangan dari orang tua, bahkan karena kata-kata dari ibuku itu membuatku seketika benci akan pacarku ini. Sebab ketika ada keinginnya yang tidak kuturuti pastinya dia ngambek.

“jangan pacaran jika wanita itu hanya memorotimu,” kalimat kecil mama yang membuatku diam termenung.

Kalimat dari mamaku itu terus aku ingat dan menjadi  bahan pemikiranku.

Pada sore hari, aku duduk di depan rumah sambil menikmati udara menanti senja menikmati udara kampong halamanku, tiba-tiba telepon genggangku berdering, saat aku lihat ternyata itu telfon dari pacarku Sinta.

“sayang cepatlah kamu balik, kalau terlalu lama aku akan jadian sama orang lai,” katanya sambil mengancamku.

Sejenak terlintas di pikiranku perkataan mama. Dan aku makin niat untuk memutuskannya setelah aku balik nanti.

“kok kamu diam aja sih, ngomong dong aku kan bicara kamu,” dia sudah mulai marah.

“iya sayang, sabar yah seminggu lagi akan balik,” sahutku.

“jangan lama-lama dong, aku kangen banget tahu sama kamu, katanya sayang kenapa kamu tinggalin aku lama banget,” manjanya sama aku.

“iya sayang, kan aku liburan cuma sebentar aja, nanti aku bawa ole-ole deh buat kamu, adik-adik kamu, dan mama papa kamu,” bujuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun