Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menulis Korepondensi E-mail ke Professor di Universitas Luar Negeri

15 Mei 2015   00:48 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_383630" align="aligncenter" width="454" caption="Sumber: Pribadi"][/caption]

Masih kebingungan soal bagaimana menulis korespondensi e-mail ke Professor di Universitas luar negeri? Tulisan ini akan mencoba membahasnya dengan jelas.

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya memahami terlebih dahulu kenapa kita perlu korespondensi melalui e-mail dengan Professor di Universitas luar negeri. Bagi yang semangat berburu beasiswa studi ke luar negeri, pastikan paham soal beasiswa yang dikejar dan tingkatan degree yang dicari.

Untuk kategori S2, pertama, bila beasiswanya tidak meminta LOA sebagai salah satu persyaratan di depan, korespondensi dengan professor di Universitas luar negeri tidak terlalu perlu dilakukan. Dalam beasiswa jenis ini akan ada tahap tersendiri untuk melamar universitas di negara yang dituju dan pihak beasiswa akan membantu prosesnya. Korespondensi e-mail boleh dilakukan bila sekedar ingin mengenal dan ngobrol dengan professor di kampus yang dituju.

Kedua, bila beasiswanya meminta LOA sebagai persyaratan yang harus dipenuhi di awal, sebaiknya lakukan korespondensi dengan salah satu Professor di universitas yang dituju. Kenapa? Harapannya nanti ketika kita mengirimkan aplikasi lamaran ke universitas, si Professor bisa menjadi penguat dan memberikan sedikit rekomendasi untuk kita pada komite seleksi mahasiswa baru di jurusan tersebut.

Untuk kategori S3, mau akan melamar beasiswa yang minta LOA atau pun tidak, sebaiknya tetap berkorepondensi dengan Professor di universitas luar. Di jenjang S3, kita harus memastikan kalau ada Professor yang tertarik dengan topik penelitian kita dan bersedia menjadi pembimbing nanti ketika studi. Studi S3 itu jantungnya adalah penelitian, yang membuat studi terus berjalan, sekali ada masalah dengan penelitian, studi bisa terganggu. Jadi, memastikan ada Professor yang ahli di bidang yang akan diteliti serta memastikan persetujuan dia untuk membimbing sangat penting demi kelanacaran studi nanti.

Misalnya, saya dulu setelah menyelesaikan S2 di University of Manchester, Inggris, pulang ke Indonesia. Research proposal S3 sudah saya selesaikan sembari studi S2. Ketika di Indonesia, saya mulai buka website berbagai universitas di negara-negara luar, seperti Australia, Kanada, Amerika, dan Inggris. Saya buka informasi tentang program yang ingin dilamar, kemudian membaca profil para professor yang mengajar, pelajari research interestmereka lewat curriculum vitae yang tersedia. Biasanya di CV, lengkap dijelaskan tentang topik penelitian yang diminati si Professor sekaligus artikel-artikel yang sudah ditulisnya. Setelah menemukan Professor yang kira-kira sesuai dengan topik penelitian kita, cari dan baca artikel dan buku yang beliau tulis, ini akan berguna sebagai bahan mengawali pembicaraan saat korespondensi lewat e-mail nanti. Waktu itu saya kirimkan e-mail ke lebih dari lima universitas di negara yang berbeda beserta dengan research proposal yang sudah dibuat, ada yang membalas dan ada yang tidak. Itu biasa. Makanya, kita perlu menebar e-mail sebanyak-banyaknya agar respon yang didapat tidak nihil.

Setelah mendapatkan respon dari Professor dan beliau menunjukkan ketertarikkan pada penelitian kita, minta mereka tuliskan sebuah surat persetujuan untuk menjadi pembimbing kita saat studi di universitas tersebut nanti. Surat ini bisa digunakan untuk salah satu dari dua hal: pertama, kita bisa lampirkan bersama dengan aplikasi lamaran ke universitas untuk mendapatkan LOA, dan kedua, kita bisa lampirkan surat itu dalam aplikasi lamaran beasiswa tertentu sebagai penguat. Contohnya, saya dulu mendapatkan surat persetujuan dari seorang Professor di satu universitas di Australia, lalu saya lampirkan surat itu di aplikasi beasiswa Australia Awards yang saya lamar.

Bagaimana menulis e-mail yang baik?

Menyusun kalimat bahasa Inggris yang baik untuk berkorespondensi dengan Professor di Universitas luar terkadang bisa membuat kepala pusing. Kalimat yang dibuat harus singkat, dapat, dan jelas, sekaligus pastikan tidak ada kesalahan Grammar. Kesan pertama lewat tulisan haruslah sempurna. Bila topik penelitian bagus dan si Professor tertarik, namun dia melihat ada kesulitan dari segi bahasa, apalagi setelah melihat skor TOEFL atau IELTS si calon mahasiswa yang rendah, kemungkinan terbesar kampus akan menerima dengan syarat, umumnya diminta mengikuti kursus bahasa Inggris di kampus sebelum studi di mulai.

Sebagai bahan referensi, ini ada contoh e-mail yang bisa digunakan untuk berkorenpondensi dengan Professor di luar negeri yang ditulis oleh Ersa Tri Wahyuni, mahasiswa PhD di University of Manchester (@ErsaTriWahyuni):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun