Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menikahlah Denganku...

2 Mei 2014   03:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi, sumber: http://sanggarriaspengantin.com"][/caption] Di Indonesia, seorang wanita biasanya akan diliputi rasa cemas dan khawatir ketika usianya sudah melewati angka 25 dan mulai memasuki angka 30, sedangkan status belum menikah. Usia sudah mencapai angka double, tetapi posisi status masih single. Ada yang bilang hal itu disebabkan karena wanita punya batasan waktu untuk mempunyai anak. Sebagian lagi beralasan karena laki-laki lebih tertarik pada wanita yang berusia lebih muda darinya.

Ternyata hal ini juga terjadi di Jepang. Seorang teman asal Jepang pernah bercerita. Usia wanita di Jepang bisa diibaratkan seperti sebuah kue Natal. Harga kue Natal biasanya akan cenderung mahal sebelum tanggal 25. Mulai dari tanggal 15, 16, 17 Desember dan seterusnya, harga kue akan mengalami kenaikan sedikit demi sedikit. Kenaikan harga akan sedikit melonjak tinggi ketika memasuki tanggal 20,21,23, 24, dan 25 Desember. Ini dikarenakan permintaan terhadap kue Natal akan semakin banyak seiring semakin dekatnya dengan hari Natal, yaitu tanggal 25 Desember. Semua orang ingin memiliki kue Natal dirumahnya, dan berniat menikmati kue tersebut di hari yang paling istimewa itu.

Namun, setelah tanggal 25 Desember, kondisi yang berbeda terjadi. Harga kue Natal akan turun sedikit demi sedikit seiring menjauhnya dari tanggal 25 Desember. Di bulan Januari, harga kue Natal bisa jauh lebih murah dibandingkan di bulan Desember, dan seterusnya. Begitu juga dengan usia wanita di Jepang. Tanggal 25 Desember itu bisa dikatakan usia. Saat usia wanita belum mendekati angka 25, banyak yang tertarik padanya dan si wanita akan sangat selektif dalam memilih calon pendamping hidupnya. Selektifitas dalam memilih calon pendamping akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia menjauhi angka 25.

Bagi wanita, menikah merupakan salah satu hal yang harus direncanakan dengan matang dan menjadi salah satu prioritas dalam hidupnya. Berbeda dengan laki-laki; menikah bisa menjadi urutan kesekian setelah karir atau pekerjaan. Hal ini berbeda karena wanita menyadari posisinya sebagai pendamping suami dalam keluarga dan laki-laki memahami kalau dia akan menjadi pemimpin rumah tangga yang harus mampu memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga yang dipimpinnya.

Berbicara soal menikah dan mencari pasangan hidup tentu saja tidak bisa dipatokkan pada angka usia tertentu belaka. Beberapa orang bahkan dengan optimis mengatakan,”Age is just a number”. Umur hanyalah sebuah angka. Memang umur hanya berupa angka, tetapi akan mengkhawatirkan saat dia berubah menjadi angka-angka yang menunjukkan usia semakin mendekati kerentaan.

Jodoh belum tentu bertemu

Seorang teman pernah memberitahu bahwa jauh sebelum menikah, dia sudah menuliskan nama wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya diatas kertas. Dia tak pernah menyangka kalau nama itu yang akhirnya menjelma menjadi ibu dari dua orang anaknya sekarang. Dia tidak pernah berpacaran, apalagi mendatangi biro jodoh untuk memesan istri dengan nama yang telah ditulisnya. Biasanya, dalam kondisi seperti ini orang akan berkata,”Kalau jodoh, pasti bertemu”.

Tapi, tunggu dulu. Diluar sana ada banyak orang yang sedang mencari Jodoh, tak ketemu-ketemu. Ada orang yang akhirnya menemukan pasangan yang menurutnya cocok sebagai pendamping hidup, berakhir dengan perceraian. Atau kalau ada yang mau mencoba apa yang dilakukan teman saya itu, menulis sebuah nama diatas kertas. Saya rasa hal yang sama belum tentu terjadi. Artinya, kita juga dapat mengatakan,”Jodoh belum tentu bertemu”.

Hal diatas terjadi ketika kita mendefinisikan jodoh sebagai sesosok laki-laki atau perempuan yang sesuai dengan apa yang diidam-idamkan selama ini; mulai dari ciri secara fisik sampai latar belakang keluarga dan pendidikannya. Padahal, Tuhan tidak memberikan jodoh kepada kita berdasarkan keinginan kita, melainkan berdasarkan bagaimana diri kita. Tuhan jarang sekali memberikan apa yang kita inginkan, tetapi Dia memberikan apa yang pantas kita dapatkan; He doesn’t give what you want, but He gives what you deserve.

Oleh karena itu, menjemput jodoh pada dasarnya sama dengan menjemput pilihan Tuhan untuk kita. Tuhan tidak akan menyerahkan seorang laki-laki atau perempuan yang baik begitu saja. Dia tahu, hamba-Nya yang baik itu juga tidak akan setuju dinikahi dengan orang yang tidak baik. Ini berarti memperbaiki jodoh sama dengan memperbaiki diri. Tuhan juga tidak akan memberikan sesuatu kepada seseorang yang tidak siap, selain untuk dua hal; untuk menghancurkannya atau untuk membahagiakannya. Untuk menghancurkannya, biasanya ada orang yang tak tahu apa-apa tetapi mendapatkan sesuatu yang besar, maka sesuatu itu akan menjadi bencana baginya. Maka, persiapkanlah diri dengan sebaik-baiknya, buat Tuhan percaya kalau kita sudah pantas untuk menerima Jodoh, sehingga orang yang dipilih Tuhan akan membawa kebahagiaan untuk kehidupan kita. Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun