Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Senyum Air Mata Penerima Beasiswa Studi ke Luar Negeri

15 Juli 2014   03:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:19 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah ke luar negeri dengan beasiswa merupakan salah satu impian besar bagi kebanyakan orang. Aku bisa melihat ini dari setiap orang yang kutemui. Kebanyakan terkejut, kagum, dan tak lupa bertanya tentang bagaimana caranya hingga aku bisa mendapatkan beasiswa S2 ke Inggris dan sekarang S3 ke Amerika dengan begitu mudah, kata mereka. Terkadang pertanyaan-pertanyaan dan respon mereka membuatku tersenyum. Sedikit sekali yang menyadari bahwa kuliah di luar negeri tidaklah semudah dan seindah seperti yang dibayangkan.

Orang-orang yang berhasil memenangkan sebuah beasiswa studi ke luar negeri sesungguhnya tidaklah mengangkat langkah kaki mereka dengan mudah saat memasuki pesawat terbang berangkat ke negara tujuannya masing-masing. Dipundak mereka ada resiko yang harus mereka tanggung atas keputusan menerima beasiswa tersebut. Pikiran mereka tak lepas dari kekhawatiran terhadap segala hal yang akan terjadi pada keluarga yang ditinggalkan. Perbedaan waktu serta jarak yang jauh antara Indonesia dan negara tempat studi harus dihadapi dengan ikhlas dan penuh ketulusan hati. Bahkan, tak jarang beberapa orang penerima beasiswa harus gagal dalam studinya karena tak mampu memikul beban atas keputusan yang telah diambil.

Selalu ada harga yang harus dibayarkan ketika seseorang menginginkan sesuatu. Sayangnya, sesuatu yang besar seperti kuliah keluar negeri dengan beasiswa terkadang tidak menuntut uang kita sebagai bayarannya. Keinginan-keinginan besar menuntut keberanian, keyakinan dan semangat yang besar dari dalam diri kita sabagai bayarannya. Harus aku katakan, memenangkan beasiswa kuliah ke luar negeri tidak selalu tentang intelligensi. Tak sedikit orang-orang cerdas di bangku kuliah S1, tapi tak mampu pergi kemana-mana termasuk melanjutkan kuliah ke luar negeri dengan beasiswa. Ini bukanlah soal intelligensi, atau mungkin ini lebih dari itu.

Senyum Air Mata

Persaingan memenangkan beasiswa studi ke luar negeri sangatlah kompetitif. Beberapa penerima beasiswa harus rela gagal beberapa kali sebelum akhirnya berhasil mendapatkannya. Persyaratan-persyaratan yang harus dilengkapi pun tidak selalu mudah didapatkan. Belum lagi ditambah dengan keinginan-keinginan pribadi untuk kuliah di negara tertentu. Tapi, ketahuilah tantangan dan masalah yang dihadapi setelah mendapatkan beasiswa ke luar negeri itu lebih besar daripada saat mengikuti proses seleksi.

Bagi perempuan, masalah yang biasanya dihadapi adalah tentang pernikahan dan keluarga. Bila umurnya sudah mendekati kepala tiga atau sudah menginjak kepala tiga, dia harus rela menunda pernikahan sampai studinya selesai. Seorang perempuan lainnya mungkin sedang beranak kecil, anaknya masih kecil-kecil, atau baru saja sudah menikah. Sponsor beasiswa biasanya tidak mengizinkan penerima beasiswa membawa keluarga saat berangkat pertama kali ke negara tujuan studi. Setidaknya, si penerima beasiswa harus menghabiskan satu semester pertama kuliah baru boleh membawa keluarga. Bagi seorang ibu, tidak mudah melalui hari-hari jauh dari anak dan suami tercinta.

Tipikal masalah yang biasanya muncul bagi penerima beasiswa luar negeri laki-laki adalah tentang anak dan istri. Ada penerima beasiswa yang harus rela meninggalkan istrinya yang tengah hamil anak pertama dan akan kembali sekitar 2 atau 3 tahun kemudian ketika anak yang dalam kandungan sekarang sudah besar. Untuk yang berniat membawa keluarga, dia harus memikirkan soal dana tambahan pendukung hidup keluarganya nanti. Beberapa orang harus terpisah jauh menjalani long distance relationship dengan sang pacar yang belum jelas akan berakhir dimana. Ada juga yang harus rela meninggalkan orang tua yang dicintai dan rela tidak menghadiri pemakamannya.

Berkaitan dengan pekerjaan, ada yang harus rela di pecat dan meninggalkan pekerjaan yang tengah ditekuninya sekarang. Sebagian lagi harus rela turun jabatan atas ketidakhadirannya ditempat kerja selama menempuh studi di luar negeri. Ada juga yang harus berangkat ke luar negeri tanpa tahu apa yang akan terjadi dengan pekerjaan karena tidak ada kejelasan hingga masa keberangkatan untuk studi tiba. Begitulah, selalu ada konsekuensi yang dipikul seorang penerima beasiswa saat memutuskan kuliah di luar negeri.

Disisi lain, para penerima beasiswa ini harus segera fokus pada studi yang akan dijalani. Perbedaan sistem pendidikan dan suasana lingkungan hidup bukanlah hal yang bisa diatasi dalam hitungan hari. Jadi, bisa dikatakan para penerima beasiswa harus bisa mengesampingkan permasalahan-permasalahan pribadi selama menempuh studi. Jika tidak bisa memfokuskan diri, studi bisa gagal dan keputusan berangkat studi lalu bisa menjadi sia-sia.

Para penerima beasiswa keluar negeri biasanya menutupi semua masalahnya dengan senyuman. Berusaha menunjukkan rasa optimis dan bersikap positif. Berusaha menikmati setiap tempat dan suasana baru di negara tempat studi. Dan hal ini berhasil meyakinkan teman-teman dan orang-orang yang mengenal mereka kalau mereka sedang bahagia. Berbagai foto-foto ditempat-tempat wisata dan bersejarah di posting di Facebook dan Twitter. Mereka tertawa, terlihat bahagia. Itu yang ditangkap kebanyakan orang hingga menyimpan keinginan untuk berjuang mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri dan menyusul para penerima beasiswa ini. Tapi, kebanyakan lupa kalau ada sebuah harga besar yang harus dibayar untuk keinginan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun