Mohon tunggu...
Mince Hamzah
Mince Hamzah Mohon Tunggu... Novelis - advokad

Pengarang lahir di Padang 25 Oktober 1967, saat ini berfrofesi sebagai Advokat di Pekanbaru sejak tahun 1998 dan tercatat sebagai Alumi Doctor of Philosophy in Social Science di Unisel Selangor Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Sajak Kecil untuk Negeri

2 November 2014   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:53 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satrio

Satrio...,

Satu demi satu kebijakan lahir Kau Cipta

Tidak perduli laksa laksa mosi ketidakpercayaan

Coba hadang coba hentikan langkahMu

Tapi ketenangan Dikau tak bergeming

Laksana Semar welas Asih Asah dan Asuh

Dikau tebar dalam jejaring Kabinet Kerja

Indonesia hebat

Satrio...,

Selangkah demi selangkah kebijakan Kau buat

Berani, tegas dan lugas

namun tidak kehilangan nurani

Tuhan memang mengirim Dikau dari Langit

Membawa kami ke massa keemasan

Laksana Arjuna Dikau

Petarung tangguh

Pejuang sejati

Tegakan keadilan dan kebenaran

Membela kami

Kaum tertindas dan teraniaya

sering Dikau dapati dalam prosesing “Blusukan”

Satrio...,

Teruslah maju, jangan peduli “goro goro”

Kerusuhan massif hanya bunga bunga terjal

Halangi jalanMu tapi akan membuat Dikau kuat

Setegar batu karang

Satrio...,

Di sampingMu berdiri seorang Bapak

Tokoh kharisma tak kalah berwibawa

Sama hebatnya seperti Dikau

Kolaborasi sempurna genapi ramalan Ki Jaya Baya

Tersingkap sudah tabir nusantara

Moga kehadiran Dikau dengan kabinet kerjaMu

Jalan pupus keprihatinan carut marutnegeri ini

Hari hari mendebarkan jelang akhir

30Oktober 2014



Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan

Kerja, kerja dan kerja

Harus bekerja kita

Demi massa berkejaran dengan waktu

Memberi kesejahteraan bagi mereka

Rakyat kita

Tak peduli “kepentingan” menghadang

Menjadi tembok penghalang

“Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan”

Indonesia hebat!

Jalan Pintas Bermartabat

Kebijakan Modern Bermoral

Hebat,

hemat,

cermat

dan

cepat

Indonesia Hebat

30 Oktober 2014

Debat Politisi Tak bernurani

Hanya alat kelengkapan dewan

Perlukan banyak debatdan adu nyali

Siapa yang dirugikan?

Rakyat lagi !

Lagi lagi rakyat !

Rakyat dipaksa jadi pesakitan

Tidak bisakah sedikit kompromi

Untuk diri ...

untuk hati bernurani

Dewan Perwakilan Rakyat

akan menjalankan tugas kenegarawan

bisa bekerja atas sebuah ketetapan

tapi

mengapa perdebatan tak kunjung usai diselesaikan

tak punya hati

Musyawarah mufakat asas di atas asas

Mengatasnama Pancasila

Tapi

mengapa Pancasilais tidak tercermin di paripurna kebijakan

sidang istimewa tak berasas

Undang undang parau teriakan

“ suara terbanyak”

Dengung kosong

kalah nyali dalam debat politisi

Ack!

negeri ini

semakin keringdemokrasi

Tinggal menghitung hari

Lalu mati

30 Oktober 2014



Dikau Ada Demi Kami

Dikau ada sebab kami

Dikau merupa karena kami

Dikau duduk di sana demi kami

Wakili kepentingan kami

Tanpa dukungan kami

Dikau bukan apa apa

Tanpa suara kami

Dikau tidak siapa siapa

Tanpa ada kami

Dikau tak bisa buat apa apa

Kami adalah mataMu

telingaMu

perpanjangan tangan Mu

bahkan kami juga adalah kaki

yang membuat diriMu kuat berdiri

berjalan dan berlari

tapi kini

kebablasan langkahMu

Dikau lari menjauh

lupa diri

lupa kami

lupa semua janji janji manisMu

sebab candu duniawi

sembunyi di bilik mati demokrasi

Pagi, 30 Oktober 2014



Mati Demokrasi

Di Rumah Sendiri

Lagi, lagi dan lagi

Masih yang itu itu lagi

Adu nyali

Jiwa kenegarawan mati

Di rumah sendiri

Adu dalih

Gigih berdisikusi

Tanpa arti

Tanpa solusi

Wajar kini kami membenci

Sakit hati dan memaki

Wahai wakil kami

Di dewan perwakilan konstitusi

Mana janji janji..

Mengapa tipu kami

lakon demokrasi mati

di negeri sendiri

kami tak berarti

Lihatlah api di mata kami

Siap membakar diri

29 Oktober 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun