Satrio
Satrio...,
Satu demi satu kebijakan lahir Kau Cipta
Tidak perduli laksa laksa mosi ketidakpercayaan
Coba hadang coba hentikan langkahMu
Tapi ketenangan Dikau tak bergeming
Laksana Semar welas Asih Asah dan Asuh
Dikau tebar dalam jejaring Kabinet Kerja
Indonesia hebat
Satrio...,
Selangkah demi selangkah kebijakan Kau buat
Berani, tegas dan lugas
namun tidak kehilangan nurani
Tuhan memang mengirim Dikau dari Langit
Membawa kami ke massa keemasan
Laksana Arjuna Dikau
Petarung tangguh
Pejuang sejati
Tegakan keadilan dan kebenaran
Membela kami
Kaum tertindas dan teraniaya
sering Dikau dapati dalam prosesing “Blusukan”
Satrio...,
Teruslah maju, jangan peduli “goro goro”
Kerusuhan massif hanya bunga bunga terjal
Halangi jalanMu tapi akan membuat Dikau kuat
Setegar batu karang
Satrio...,
Di sampingMu berdiri seorang Bapak
Tokoh kharisma tak kalah berwibawa
Sama hebatnya seperti Dikau
Kolaborasi sempurna genapi ramalan Ki Jaya Baya
Tersingkap sudah tabir nusantara
Moga kehadiran Dikau dengan kabinet kerjaMu
Jalan pupus keprihatinan carut marutnegeri ini
Hari hari mendebarkan jelang akhir
30Oktober 2014
Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan
Kerja, kerja dan kerja
Harus bekerja kita
Demi massa berkejaran dengan waktu
Memberi kesejahteraan bagi mereka
Rakyat kita
Tak peduli “kepentingan” menghadang
Menjadi tembok penghalang
“Dewan Perwakilan Rakyat Tandingan”
Indonesia hebat!
Jalan Pintas Bermartabat
Kebijakan Modern Bermoral
Hebat,
hemat,
cermat
dan
cepat
Indonesia Hebat
30 Oktober 2014
Debat Politisi Tak bernurani
Hanya alat kelengkapan dewan
Perlukan banyak debatdan adu nyali
Siapa yang dirugikan?
Rakyat lagi !
Lagi lagi rakyat !
Rakyat dipaksa jadi pesakitan
Tidak bisakah sedikit kompromi
Untuk diri ...
untuk hati bernurani
Dewan Perwakilan Rakyat
akan menjalankan tugas kenegarawan
bisa bekerja atas sebuah ketetapan
tapi
mengapa perdebatan tak kunjung usai diselesaikan
tak punya hati
Musyawarah mufakat asas di atas asas
Mengatasnama Pancasila
Tapi
mengapa Pancasilais tidak tercermin di paripurna kebijakan
sidang istimewa tak berasas
Undang undang parau teriakan
“ suara terbanyak”
Dengung kosong
kalah nyali dalam debat politisi
Ack!
negeri ini
semakin keringdemokrasi
Tinggal menghitung hari
Lalu mati
30 Oktober 2014
Dikau Ada Demi Kami
Dikau ada sebab kami
Dikau merupa karena kami
Dikau duduk di sana demi kami
Wakili kepentingan kami
Tanpa dukungan kami
Dikau bukan apa apa
Tanpa suara kami
Dikau tidak siapa siapa
Tanpa ada kami
Dikau tak bisa buat apa apa
Kami adalah mataMu
telingaMu
perpanjangan tangan Mu
bahkan kami juga adalah kaki
yang membuat diriMu kuat berdiri
berjalan dan berlari
tapi kini
kebablasan langkahMu
Dikau lari menjauh
lupa diri
lupa kami
lupa semua janji janji manisMu
sebab candu duniawi
sembunyi di bilik mati demokrasi
Pagi, 30 Oktober 2014
Mati Demokrasi
Di Rumah Sendiri
Lagi, lagi dan lagi
Masih yang itu itu lagi
Adu nyali
Jiwa kenegarawan mati
Di rumah sendiri
Adu dalih
Gigih berdisikusi
Tanpa arti
Tanpa solusi
Wajar kini kami membenci
Sakit hati dan memaki
Wahai wakil kami
Di dewan perwakilan konstitusi
Mana janji janji..
Mengapa tipu kami
lakon demokrasi mati
di negeri sendiri
kami tak berarti
Lihatlah api di mata kami
Siap membakar diri
29 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H