Mohon tunggu...
Mince Hamzah
Mince Hamzah Mohon Tunggu... Novelis - advokad

Pengarang lahir di Padang 25 Oktober 1967, saat ini berfrofesi sebagai Advokat di Pekanbaru sejak tahun 1998 dan tercatat sebagai Alumi Doctor of Philosophy in Social Science di Unisel Selangor Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Larik Kecil Tentang Rindu Terusai

19 November 2014   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NYANYIAN RINDU

Berjalandi antara butiran pasir

Serasa ribuan duri menuai luka di atas luka

Terdampar sendiri di padang kering kerontang

Sunyihanyaada desah kesat daun ilalang

tersapu angin

gemeretak reranting patah

terinjak kaki gontai melangkah

Tak pasti kemana nasib membawa

Semisal kegersanganberlalu bergantimusim

bilur rindu mungkin tidak menyiksa

perjalanan ini sangat menyakitkan

Kemanakan dibuang rindu

Bila duka tak bisa temukan jalannya

Sabtu malam, 9 Agus 2014



CINTA BUKAN CERMIN SESAAT

Adilkah untuk Ku....?
Terlambat Kusadari
tapi rasa Ku masih seperti dulu
Selamanya ia takanberubah
Takan goyah
Meski waktu pergi meninggalkan
Sebab ia bukan cermin sesaat
Juga bukan secangkir kopi dalam gelas yang retak
Bukan juga kumbang hinggap sesaat mengisap madu
Lalu pergimencari bunga yang lain

Bandar Udara Soekarno Hatta
11 September 2014



Duri

Dikau pergi...

Sanggupkah Aku setelah

Begitu banyak meneguk manisnya

Madu yang Dikau suguhkan

Laksana anggur memabukan

Dulu Kuberharap Dikau menjadi mawar

Harum semerbak mereka jiwa

Beri Aku penghidupan

namun Dikau memilih jadi duri yang bisanya

Telah menikamKu

Mati...

KISAH YANG TLAH USAI

inihari Kututup buku
Cerita tentang Mu

kisah yang tak ingin Kubunuh
Sebab Dikau Kupinta
Hapus Aku dalam lembaran diaryMu
Biar terkubur saja Aku
moga luka terbasuh waktu

keranjang rindu
Ku kembalikan padaMu
kenangankita Kusimpan di situ

Solo Balapan, 26 Oktober 2014



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun