Mohon tunggu...
Minearti
Minearti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Story tale ..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahami Kata Lelah Seorang Penuntut Ilmu

4 Mei 2023   10:08 Diperbarui: 22 Juni 2024   11:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah kesibukkan diri dengan handphone sebagai wasilah penenang hati. Aku bermain instagram membuka satu persatu story teman-teman tanpa hasrat. Tanganku terus menggulir layar dengan tatapan penuh kepolosan. Yang aku inginkan saat itu adalah menggantikan pikiranku dengan perasaan teman-teman yang mereka curahkan di sebuah media sosial. Satu terlewati persatu, hingga aku berhenti menggeser layar dan mendalami sebuah story yang dibuat oleh teman SMA ku dulu. Tidak ada kata-kata yang special yang menarik. Tidak juga sebuah lolucon yang membuatku tertawa. Itu hanya sebuah brosur elektronik yang memberi tahu sebuah acara akan dilaksanakan. Tulisan Besar yang menggambarkan sebuah kajian online " Aku Sudah Lelah " oleh Ustdaz Dr. Syafiq Riza Basalamah, Ma.

Iqtibas yang menggertarkan jiwa, meluluhkan hati, mengirimkan ketenangan bagi siapa saja yang mengalunkan ayatnya dan mendengarkannya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 186 yang artinya “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” Dalam ayat tersebut, Allah mengatakan jika Allah amat dekat dengan hamba-hambanya. Hanya saja kesibukan duniawi dan kemewahan didalamnya membuat Manusia, seorang hamba melupakan tuhannya, Allah.

Ketika wanita yang disebut teman jauhku mendengar penuturan putih sang Ustadz, tubuhnya bergemetar. Dadanya melapang seluas dan sejauh alam. Cairan bening menumpuk dimatanya. Mungkin saat itu hanya satu kalimat yang ia keluhkan. “ SEBERAPA JAUH DIRINYA DENGAN ALLAH ?”. Wanita dengan lesung pipit pudar ini heran dengan dirinya. Solusimu sudah di depan mata bahkan melekat dihati dan jiwa. Namun, mengapa kamu mencari jalan lain yang sulit dengan ketenangan sementara. Wanita ini sadar jika dirinya bodoh dibutakan fatamorgana dunia. Hanya pertama dan pengawalan yang diawali dengan rutin beribadah kepada Allah lalu setelahnya berkurang satu persatu. Shalat setelah wudhu hilang karena hukumnya sunnah, lalu shalat nawafil lainya menyusul. Padahal kunci utama menenangkan hati dari bau dunia itu dalah shalat. Shalat bagaikan wasilah antara hamba dan Rabnya. Shalatpun adalah janji seorang hamba. Jika ia menepati janji kepada Rabnya, ia akan menjadi orang yang beruntung. Seberat mushibah, serumit masalah maka tunaikanlah shalatlah, bersujudlah sebagai makhluk yang paling hina, mengadulah kepada Allah yang maha mengetahui lagi maha pengasih. Keluhkanlah semua yang ada di hati, Adukanlah semua kekecewaan dan seberapa buruknya dirimu, karena hanya Allah yang maha sempurna. Mushibah atau cobaan yang didapatkan didunia ini sebagai ujian keimanan. Jika ada sabar dan ketegaran maka Allah angkat derajat seseorang di mata Allah. Tidak ada salahnya bagi seseoarang mengeluh dan bersedih atas mushibah itu. Namun tempat berkeluh kesah terbaik atas kesedihanmu itu hanya satu dalam sujud shalatmu Ketika kamu memanggil-Nya “Ya ALLAH ”.

Akhir dari temanku, “Guru adalah manusia yang bertanggung jawab dalam memberi ilmu. Ia berhak menyampaikan ilmunya dengan cara apapun selama itu tidak keluar dari syariat. Murid adalah si penerima, ia juga berkewajiban menghormati sang wasilah ilmu. Jika kamu dapat melihat sisi yang tidak dapat dilihat orang lain, maka kamu akan melihat jika guru selalu menyanyangi muridnya dan menginginkan semua hal baik untuk muridnya. Aku tidak dapat mengatakan ini tanpa bukti. Namun karena aku seorang saksi, aku berani bersaksi. Setelah kejadian memalukan yang menyedihkan itu, aku memiliki persiapan matang di tengah beberapa persen persiapan orang lain. Aku juga memiliki baja kementalan dimana tidak semua orang dapat mengendalikannya. Aku seorang penuntut ilmu Lelah yang tidak menyerah”.

Rumah nenek, diawal musim panas melanda Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun