Daun daun jatuh berguguran. Di atas tanah tanah kerontang. Hembus angin menerpa keping kepingnya. Angin basah membawanya sekendi rupa rupa. Cuka cuka diterbarnya ke dalam luka luka. Mendidihkan sayatan perih. Sakit yang tak sudah sudah.
Air matanya jatuh. Luruh diantara pipinya yang masai. Tak terkira. Bercucuranlah air mata itu. Terpasung dalam jeri jerit yang tak sudah sudah.Â
Akhirnya dia harus bentangkan tangan. Membebaskan dirinya. Terutama hati itu. Terbebaslah dari ilusi. Terbebaslah dari kungkungan asap asap.Â
Lalu dia henyak dilanun pagi. Siang memberangkatkan terik. Tersedak ombak waktu yang hilang oleh rotasi.Â
9 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H