Larik lirik lurik not not balok berdenting. Jam dinding menuding sebagai angka sembilan. Setengah jam lalu. Adalah terpaan lembar yang harus dilalui. Masing masingnya memiliki cerita sendiri sendiri.
Jangan menoleh lagi untuk sesuatu yang menyesakkan. Jangan berhenti melangkah untuk sesuatu yang harus kau tinggalkan. Karena maya adalah fatamorgana. Ilustrasi ilusi.Â
Segalanya pasti berlalu. Seiring waktu. Segalanya berubah. Berganti. Kehidupan terus bergulir.Â
Jika ada riuh dari puncak kepundan.
Biarkan saja. Ada Tuhan tempat mengadu. Abaikan saja. Ada Tuhan tempat berserah. Acuhkan saja. Ada Tuhan tempat berkesah. Tenggelamkan saja. Ada Tuhan tempat bermunajat. Benamkan saja ... ya benamkan saja. Ada Tuhan... tempat bersimpuh dari segala keluh.Â
Kotak dadu menyedu. Setitik bias cahaya merasuk. Itu lebih baik. Meneteslah rimis.
Lantas
Ada langit ceria, esok. Bersinarlah.Â
Membuka lembaran baru. Berserilah.Â
Mengisinya dengan tinta biru. Bercahayalah.Â
Tetaplah di jalurmu.
Tanpa jabat tangan dan jemariku saling menepuk. Maafkan. Segalanya untukmu. Lanjutkan hidupmu. Inilah hidupku.Â
Ciputat, 23 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H