"Kelinci sedang marah." Kedua jari tengah dan telunjuk disejajarkannya di sebelah kepalanya. Wajahnya berubah jelek.
"Eh... " Mia benar-benar dibuatnya kesal.
Prabu menghindar dari kejaran tangan Mia. Tetesan hujan menerpa keduanya. Handuk yang dipegang Prabu terjatuh.Â
Lalu...
Lalu payung yang melindungi mereka sudah pergi entah kemana.
Mia baru menyadari bahwa tubuhnya basah. Begitupun Prabu.
Segera ia setengah berlari menuju teras. Namun tertahan oleh tarikan tangan Prabu. Mia terdesak. Hatinya tetiba jatuh. Ada yang utuh. Tapi apa?Â
Prabu perlahan berlutut di hadapan Mia. Dengan membawa sekuntum bunga rumput yang ia cabut dari pekarangan rumahnya.
"Maaf. Aku tak bisa memberikanmu bunga yang indah dan harum seperti mawar, melati, tulip atau apalah itu. Hanya ini yang bisa kupetik. Dari rumput liar dekat rumahku."
"Maukah kau menikah denganku, sekali lagi aku memohon kepadamu. Maaf toko tutup." Dia tersenyum, "Jadi aku ambil ini. Bunganya kecil-kecil."
Mia kikuk. Apa yang harus dia katakan. Tentang kekosongan hatinya. Tentang hampa yang diresahkan. Apa ini semua tentangnya?Â