Malam ini serasa ganjil. Datang ribuan titik titik. Dalam ruang, kotak kotak penuh imaji.
Aku memenuhinya.
Seperti kataku dulu, kita akan melewatinya bersama. Ruangan hampa, dipenuhi oleh banyak rona warna.
Kita, sudah menapakinya. Melaluinya, melalui mesin waktu. Hanya tinggal jejak kita saja di sana. Lihatlah....
Gurun itu pun pernah kita singgahi, begitupun anak sungai yang meliuk. Sampan kecil pernah kita tumpangi. Kita sebrangi airnya yang mengalir. Hingga kau sebut aku anyelir yang tumbuh di batang kayu cendana. Aku berbisik dan bertanya, bagaimana bisa?
Kau hanya menunjuk keningku dengan jari telunjuk. Sambil tertawa lebar.Â
Kotak kotak itu pun kemudian terhanyut sunyi. Malam yang telah larut. Dilerai riuh oleh rupa anyelir.Â
Ciputat, 19 Juni 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H