Jika saja malam bisa kusembunyikan. Tak perlulah ada remang dan tumpukan bintang bintang. Apalagi bulan sepenggal. Yang jatuh diterpa tatap matamu. Luluh di pangkuanmu.
Jika saja malam bisa kusembunyikan. Tak perlulah ada kunang kunang. Kedip kedip cahayanya. Untuk secuplik malam yang tertidur pulas di pembaringan. Temaram yang enggan. Di sebatas paras wajahmu tak kuperlukan lagi cahaya. Karena engkaulah sinarnya.Â
Jika saja malam bisa kusembunyikan. Maka sungguh pagi adalah kesempatan. Untuk menatapmu lebih jauh. Kepada mentari yang bertahta. Ada rona potret senyum indahmu. Merangkulmu tanpa pekat yang mengikat.
Jika saja malam bisa kusembunyikan. Maka gelap dan kelamnya akan kusimpulkan. Kedalam pupil bola matamu. Akan kulukis betapa tajam hitam dan indahnya tatapan matamu. Sekian lama waktu berlalu hanya aku di hatimu.
Akan tetapi malam adalah saksi Tuhan. Bagaimanakah kehendakNya mencipta. Dan kamu adalah saksi bisu takdirku. Bagaimana bisa aku menolaknya. Sementara malam adalah waktu. Tak bisa kusembunyikan dengan tangan ataupun tatapan rindu.
Karena kamu adalah tetap kamu. Seperti apapun waktu berubah. Kamu adalah cahaya yang tak perlu kata kata dadu.
Ciputat
22 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H