Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Melankoli di Secangkir Teh

4 Oktober 2017   22:40 Diperbarui: 6 Oktober 2017   23:17 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini di secangkir teh kita duduk bersama. Bercerita di sehelai malam. Tanpa kunang kunang saling bertatapan.

Kamu tahu? Kita yang jauh berbeda untuk bisa saling memahami. Mengerti untuk bisa saling berbagi. Memahami untuk bisa saling melengkapi. 

Kamu dengan segala kelebihanmu mampu membuatku tersenyum. Jauh lebih sabar, mengajarkanku untuk bisa menerima kata 'menunggu. Segalanya dilakukan dengan pemikiran yang sangat mendalam dengan penuh kehati-hatian. Sementara aku, berjalan seiringan, segalanya ingin cepat terselesaikan. Dengan cara sederhana, simpel, dan fleksibel. 

Ini mendebarkan. Dan kamulah yang harus bertanggung jawab atas perasaanku. Membuat seluruh sendi sendi hidupku tak beraturan. Ini membahagiakan. Entahlah...

Sungguh cinta membuatku terobsesi. Konyol yang berlebihan.

Kini merasakannya. Jauh di lubuk hati. Kamu memanglah sosok berbeda.

Mengenang kenangan silam, perekat diantara kita. Indah di seluas langit membentang. 

Di sejauh malam merangkak pergi. Kutuliskan kisah tentang kita. Letakkan cinta pada tempatnya. Bersandar hanya kepada-NYa. Sungguh ini letih yang membahagiakan.

Malam ini di secangkir teh. Kita duduk berdua. Menatap malam di remang cahaya bintang bintang. Pada malam yang melankoli kulepaskan dahaga. Segalanya indah pada akhirnya. Segalanya indah pada waktunya. Tak peduli jalan berliku pernah kita jumpai. Tak peduli halangan menghadang kita lalui. Tangan tangan kita cukuplah saling berkaitan. Tangan tangan kita cukuplah saling bergandengan.

Cathaleya  Soffa 

Legoso, 4 Oktober 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun