Malam ini di secangkir teh kita duduk bersama. Bercerita di sehelai malam. Tanpa kunang kunang saling bertatapan.
Kamu tahu? Kita yang jauh berbeda untuk bisa saling memahami. Mengerti untuk bisa saling berbagi. Memahami untuk bisa saling melengkapi.Â
Kamu dengan segala kelebihanmu mampu membuatku tersenyum. Jauh lebih sabar, mengajarkanku untuk bisa menerima kata 'menunggu. Segalanya dilakukan dengan pemikiran yang sangat mendalam dengan penuh kehati-hatian. Sementara aku, berjalan seiringan, segalanya ingin cepat terselesaikan. Dengan cara sederhana, simpel, dan fleksibel.Â
Ini mendebarkan. Dan kamulah yang harus bertanggung jawab atas perasaanku. Membuat seluruh sendi sendi hidupku tak beraturan. Ini membahagiakan. Entahlah...
Sungguh cinta membuatku terobsesi. Konyol yang berlebihan.
Kini merasakannya. Jauh di lubuk hati. Kamu memanglah sosok berbeda.
Mengenang kenangan silam, perekat diantara kita. Indah di seluas langit membentang.Â
Di sejauh malam merangkak pergi. Kutuliskan kisah tentang kita. Letakkan cinta pada tempatnya. Bersandar hanya kepada-NYa. Sungguh ini letih yang membahagiakan.
Malam ini di secangkir teh. Kita duduk berdua. Menatap malam di remang cahaya bintang bintang. Pada malam yang melankoli kulepaskan dahaga. Segalanya indah pada akhirnya. Segalanya indah pada waktunya. Tak peduli jalan berliku pernah kita jumpai. Tak peduli halangan menghadang kita lalui. Tangan tangan kita cukuplah saling berkaitan. Tangan tangan kita cukuplah saling bergandengan.
Cathaleya  SoffaÂ
Legoso, 4 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H