Oleh : Annie Zulaikha
Tertatih menapaki jalanan di lorong-lorong itu
Menjejaki koridor panjang yang tiada berujung
Kadang terantuk bebatuan atau kadang menjejak ubin-ubin aus
Remah tanah seketika menyantun kakinya nan tulus mengendus
Sejak tanah menyapa hembusan nafasnya
Menjaga ketawaduan dalam ketiadaan
Entah mana itu barat mana, kala hati bertanya
Entah mana itu timur mana, kala hati berujar
Tak tahu kemana ia melangkah, kakinya menjangkah
Terus telusuri dermaga yang mapan demi sujud merekah di penghujung malam tiba
Rumah-rumah Allah masih tak bergeming
Menunggunya dalam keheningan penuh syahdu
Pintu-pintu masjid terbuka menyapa tetamu
Menahan kesenyapan nan penuh kerinduan
Desir angin di sepertiga malam tlah menjemput si netra
Menuntunnya pada pintu-pintu keteduhan
Dalam remang rembulan bayangnya tertatih menebarkan cahya rahmah
Sinar kemuliaan menebarkan aroma wangi, kasturi membingkai namanya
Mungkin tak lagi fana menjadi tumpuannya
Cinta Ilahi saja dalam hatinya
Kegelapan tak membuat hati dan ruh tergoncang
Dengan kepasrahan titah Tuhan tak terabaikan
Di sepertiga malam netra menjumpai Sang Khalik
Entah sudah keberapa kalinya munajad dipanjatkan
Bila cinta dan rindu sudah tak tertahankan, maka pada-Nya saja labuhkan jiwanya
Netra ....
Tangerang, 20 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H