Mohon tunggu...
Minar Kartika Panjaitan
Minar Kartika Panjaitan Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai menulis, jalan jalan dan kegiatan sosial

Aktifitas wiraswasta, pengembangan masyarakat, menyukai travelling, menulis, ibu rumah tangga,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat Anak Prematur

20 Januari 2021   23:44 Diperbarui: 20 Januari 2021   23:47 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pernah kubayangkan aku akan mengalami kelahiran anak prematur, ya anakku kedua seharusnya lahir pada Bulan Januari 2018 ( menurut prediksi dokter ahli kandungan), namun harus lahir pada minggu kedua Desember 2017. Pada usia kehamilan 32 minggu bayi mungilku harus dilahirkan karena aku mengalami pecah ketuban dini. 

Saat dokter memeriksa kondisi bayi dalam kandungan, kecukupan air ketuban, jantung dan lain sebagainya, hatiku sangat dag dig dug. Berharap hasil yang terbaik yang akan kudapatkan, semisal hanya disuruh bed rest atau apalah. Namun pemeriksaan itu cukup lama, bolak balik dokter memeriksa dengan menggunakan berbagai macam alat. Sampai pada keputusan dokter mengatakan kepada suamiku, bahwa bayi kami harus segera dilahirkan. Saat itu seperti mau pingsan rasanya mendengar berita itu. Rasa khawatir dan ketakutan melingkupi diriku. Bagimana nanti bayi kami? akankan sehat-sehat saja? karena banyak mendengar bawha merawat bayi prematur bukannya mudah, dan bisa saja mengalami gangguan dan lain-lain. Tambah lagi biaya yang harus kami keluarkan, mengingat kondisi keuangan kamipun pas pasan.

Tapi berkat dukungan keluarga, dan juga doa-doa dan rasa berserah diri pada Sang Khalik, akhirnya kamipun menyetujui keputusan untuk melahirkan bayi kami, Aku masuk rumah sakit dua hari lebih awal dari rencana kelahiran, karena aku harus mendapatkan perawatan terlebih dahulu seperti: pematangan paru bayi dan beberapa kesehatan yang harus dimaksimalkan, sebelum bayi dilahirkan. Aku hanya pasrah saja berpengharapan pada Tuhan, mengingat berat bayiku saat usia kehamilan yang masih 2,3 kg dan termasuk BBLR. Rasa kecil hati menaungiku. Tapi aku belajar untuk melawan. Aku erbicara pada bayiku dalam perut bahwa dia segera lahir dan kita harus bekerjasama supaya kita baik-baik saja dan aman.

Rupanya bayiku dan Tuhan mendengar doa-doaku. Tepat setelah dua hari aku dirawat di rumah sakit pada pukul 09.30 WIB, diiringi lagu-lagu syahdu dari Chalotte, bayi mungilku dilahirkan, suara tangisannya sangat kencang menandakan paru-parunya baik. Aku sangat bersyukur pada Tuhan. Namun aku belum bisa secara langsung melihat bayiku dan bayiku tidak bisa tidur denganku saat itu karena harus masuk inkubator di ruang NICU. Esok harinya aku bermaksud memberikan ASI pada bayiku, namun kata para suster bayiku belum bisa mengisap jadi masih menggunakan selang. Aku sangat sedih mendengarnya padahal aku berharap dia bisa langsung menyusui dan asiku akans emakin banyak.

Namun aku tak berhenti berharap, aku percaya bahwa yang membuat bayi prematur bisa cepat naik berat badannya adalah dengan minum ASI. Jadi untuk ibu-ibu yang memiliki bayi baik lahir normal dan terlebih BBLR berikan ASI yang cukup untuk mereka, hal ini sangat membantu bayi tersebut dapat mengimbangi berat badannya seperti bayi-bayi lain yang lahir normal dan dengan berat badan yang normal.

Dua  hari berikutnya setelah mendapatkan ijin untuk pulang, aku sangat gembira aku merasakan bahwa aku akan bersama dengan bayiku, namun hal tersebut belum bisa aku nikmati, karena bayiku belum bisa mengisap sempurna dan masih harus dibantu. Akhirnya au pulang dari Rumah Sakit tanpa bayi dipangkuanku. Hal tersebut memilukkan hatiku, bayiku masih harus tinggal di rumah sakit dan aku boleh mengunjunginya hanya dua kali sehari pada jam besuk, banyangkan berjumpa dengan anak saja jadi diatur oleh orang dan tidak bisa dialkukan setiap hari. Hal ini menyedihkan pastinya untuk ibu-ibu, apalagi saat pulang melihat ibu lain menggendong bayinya dan disambut oelh keluarga dengan gembira. Nah sementara aku pulang dengan tangan hampa.

Sesampai di rumah, aku beriistirahat aku merasa rindu bayiku, aku ingin berjumpa padanya. Tapi kuserahkan semua pada Sang Kuasa, kadang-kadang merasa khawatir bagaimana dia disana? bagaimana kalau ada orang jahat yang membawa kabur? atau tiba-tiba terjadi kebakaran atau terjadi gempa dan para suster tidak ada yang sempat menolong. Oh...pikiran -pikiran negatif menghantuiku. Tapi lagi-lagi aku pasrah saja pada Tuhan   dan berharap perlindunganNya.

Pada saat di rumah dan saat bayi masih di rumah sakit, aku melakukan pemerahan susu setiap dua jam sekali, sama persis seperti menyusui secara langsungwalaupun bayi tidak disampingku, aku tetap melakukannya. Hal ini berguna agar perahan susu tetap banyak, smabil tetap mengkonsumsi makanan yang bergixi seperti sayuran, buahan, susu, dan boleh juga multivitamin yang disarankan oleh dokter.

Hal lain yang kulakukan adalah, secara rutin untuk mengunjungi bayi yang masih di ruanagn NICU, aku bahkan smapai dua kali sehari, aku harus berjuang dan semanagt suapya anakku juga berjuang dan semangat. Saat menggendongnya aku selalu berbicara padanya dengan lembut, agar dia banyak minum supaya berat badannya semakin naik dan sehat-sehat saja, mengajaknya ngobrol supaya pintar mengisap dan jadi anak yang baik budi. Sesekali aku perdengarkan musik yang biasa dia dengar saat dalam kandungan. Alhasil bayiku mencari-cari suara tersebut dan tersenyum. Bangunlah kedekatan antara ibu dan bayi dan jika sudah bisa menyusui cobalah untuk menyusui secara langsung, hal tersebut dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi.

Aku juga sesekali ngobrol dengan para ibu yang memilki bayi yang sedang dirawat di ruang NCU, mendengar mereka membuat aku tersentuh, terenyuh dan bersyukur ternyata aku tak sendiri dan bercerita tentang pengalaman itu membuat kami saling menopang dan menguatkan.

Dua minggu kurang satu hari, pagi itu terdengar suara telepon dari rumah sakit, aku kaget dan jantungku berdetak sangat kencang. Ada apa dengan bayiku? pikirku saat itu. Namun berita bagus, suster diseberang menginformasikan bahwa bayiku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan pertimbangan bayiku sudah bisa mengisap dot susu, berat badan menunjukkan peningkatan, dan adaptasi ruang dan perwatan lain sudah selesai dilakukan. Hatiku sangat gembira dan bersyukur bahwa aku akan tidur bersama dengan bayiku, dia akan bertemu dengan abangnya yang sudah lama ditunggu dan ditanya oleh abangnya. Aku bersyukur sekali pada Tuhan, Dia sudah mendengar doa-doaku.

Bayiku bertumbuh sehat, berat badannya di usia satu bulan sudah sama dengan bayi seumurnya, tumbuh dengan baik. Saat ini dia telah berusia 3 tahun, anak yang pintar dan berkomunikasi dengan baik. Syukur pada Sang Khalik. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun