Mohon tunggu...
Muhammad Mizan
Muhammad Mizan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang merantau ke Bandung untuk mendalami kajian Ilmu Jurnalistik, saat ini mencoba berbagi info dengan penikmat Dumay (Dunia Maya ^^). Tertarik pada sastra, komputer IT, web design, fotografi, Gitar Akustik String (Maenin Blues Rock), & Photo manipulation. Note: sekarang sedang break dari kompasiana karena mencoba fokus pada Ujian Tengah Semester.. Insyaallah gw akan kembali secepatnya.. ^^v

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Puisi?

1 November 2009   18:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:28 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi tidak hanya sebatas ditulis untuk dibaca, tapi juga dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya, entah itu ketenangan jiwa, kesabaran, rasa nyaman, dsb. Puisi merupakan karya sastra yang indah yang penuh dengan kompleksitas makna sesuai dengan isi pikiran penulisnya.
Beberapa dari kita mungkin menyukai membaca, atau berniat untuk menulis puisi untuk mengekspresikan diri kita. Namun, masalah yang sering dihadapi adalah sebagian dari kita tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan buah pikiran kita yang abstrak menjadi sebuah tulisan yang indah. Puisi bukan tulisan yang terstruktur secara baku, rapi, atau dengan pola-pola tertentu, tapi puisi lebih mementingkan pada pesan apa yang ingin disampaikan. Tidak wajib untuk dipahami, tapi sebaiknya sebuah puisi dapat menggambarkan, atau setidaknya dapat memunculkan persepsi tertentu bagi orang yang membaca atau mendengarkannya terhadap apa yang dirasakan oleh penulis puisi.
Konon cinta sangat menginspirasikan sebuah puisi. Pernyataan tersebut benar adanya. Cinta adalah hal yang kita sukai, hal yang menusuk-nusuk otak kita dengan makna-makna yang indah. Akibat tertusuk oleh makna yang indah tersebut terlampiaskanlah dengan sebuah tulisan yang disebut puisi. Sebenarnya tak hanya cinta yang dapat menimbulkan puisi. Amarah, dengki, iri, kejam, cemburu, sedih,  dan hal-hal yang tidak kita sukai lainnya juga dapat memunculkan puisi. Hanya kadang, kita merasa selalu ingin melupakan hal-hal tersebut, sehingga malas mengingatnya, apalagi melampiaskan ke dalam bentuk tulisan. Menulis puisi tentang hal yang kita benci bukanlah bentuk mengingat hal-hal buruk tersebut, tapi anggap saja menulis puisi itu sebagai upaya menyalurkan semua kebencian keluar dari diri kita.
Cobalah menulis puisi untuk segala hal yang kita rasakan saat ini, setelah puisi itu selesai ditulis niscaya kita akan merasakan kepuasan yang berbeda, yang tidak bisa kita jelaskan dengan logika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun