Mohon tunggu...
Ludwi Winardi
Ludwi Winardi Mohon Tunggu... -

Extraordinary person wanna be | Husband of Amazing Woman | Father of 3 Remarkable Sons | Love Travelling, Networking, Reading & Sport

Selanjutnya

Tutup

Catatan

MK dan Mitos Generasi Ketiga

21 Oktober 2013   08:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia terguncang sangat dahsyatnya bak diterjang tsunami kedua ketika tersiar kabar yang begitu memalukan seluruh anak bangsa dimana ketua Mahkamah Konstitusi tertangkap tangan ketika akan disuap oleh oknum tertentu terkait dengan pengaturan hasil pengumpulan suara Pilkada.

Peristiwa itu merupakan kegaduhan tingkat tinggi yang dapat menghancurkan pondasi hukum bangsa serta meluluh lantahkan kepercayaan masyarakat pada badan hukum di negeri ini. Bukan apa, virus korupsi yang sudah akut itu diduga telah menjalar jauh kedalam tubuh lembaga Mahkamah Institusi yang seharusnya menjadi benteng terakhir bagi pengaduan masyarakat terkait masalah produk-produk hukum yang disinyalir sangat semrawut itu.

Mahkamah Konstitusi menjelma menjadi benteng terakhir pengaduan masyarakat terkait hukum dalam waktu yang relatif singkat (10 tahun; sejak 15 Oktober 2003) setelah lembaga hukum yang ada tidak dapat menjadi panglima diranah hukum untuk membela kepentingan masyarakat. Lembaga ini pernah menjadi model keagungan lembaga peradilan yang cepat, transparan dan sistemnya yang berjalan baik, sampai hari inipun MK masih menjadi model karena Indonesia termasuk negara yang cepat membangun constitutional court.

Berita yang sangat langka didunia ini menjadi sangat luar biasa dahsyatnya karena operasi tangkap tangan tersebut langsung tertuju kepada ketuanya, yang notabene seseorang yang diamanahkan undang-undang memegang tongkat komando di institusi ini, apa karena ketuanya mantan orang politik sehingga sarat akan campur aduk kepentingan menjadi sebuah tanda tanya besar yang masih menjadi misteri karena sepanjang tiga periode keberadaannya Mahkamah Konstitusi selalu dipimpin oleh mantan orang politik.

Mahkamah Konstitusi pada periode pertamanya dipimpin oleh seorang akademisi yang juga mantan orang politik yang berhasil meletakkan dasar-dasar pondasi bagi keberlangsungan Mahkamah Konstitusi. Pada periode kedua, MK di komandani oleh juga seorang akademisi yang juga mantan orang politik, pada periode ini MK berhasil mensosialisasikan keberadaannya ditengah masyarakat dengan seringnya ketuanya blusukan turun dari seminar ke seminar dan dari talk show satu ke talk show lainnya.

Nah... pada periode ketiga ini MK tampak berkerja dalam diamnya, dibawah kepemimpinan mantan politisi parpol orde baru ini, MK praktis bergerak dibelakang layar dibawah bayang-bayang lembaga lain yang sedang naik daun dan lebih populer. Apakah kemudian MK pada periode ini mencapai puncak kesialannya karena 'baru' ketahuan belangnya selama tiga periode ini atau memang peristiwa tangkap tangan ini murni hasil kebobrokan pimpinannya diperiode ketiga...? ini menjadi pertanyaan besar berikutnya yang memerlukan jawaban secara transparan.

Melihat sepak terjang MK selama tiga periode ini mengingatkan saya akan sebuah buku karangan seorang Malaysia yang menguliti luar dalam bisnis orang-orang tionghoa, disebutkan dalam buku tersebut bahwa bisnis orang tionghoa melibatkan tiga generasi dalam perjalanannya, generasi pertama adalah mereka yang merintis dan membangun sistem dengan peluh sementara generasi kedua adalah generasi yang kemudian mengembangkan dan mengekspansi bangunan bisnis yang sudah berdiri menjadi lebih besar.

Akan halnya generasi ketiga, merekalah yang  kemudian menjadi generasi penikmat keberhasilan dimana mereka cenderung stagnan bahkan menjadi titik balik keberhasilan dan mengubahnya menjadi generasi penghancur atas keberhasilan yang telah dicapai.

Lihat betapa miripnya siklus perjalanan MK selama tiga periode ini dengan mitos yang ada dalam dunia bisnis masyarakat tionghoa, apakah kemudian pimpinan MK di periode ketiga ini berhasil membalikkan keadaan dengan mengubah persepsi masyarakat terhadap MK atau pada periode ini pimpinan MK benar-benar menjadi anasir penghancur pondasi MK yang telah dibangun sebelumnya, kita akan tunggu dan lihat episode-episode berikutnya dikemudian hari...

Salam Prihatin...!!! @ludwinardi | http://ludwinardi.com

#Untuk gambar dan tampilan maksimal sila klik disini

#Ilustrasi: mahkamahkonstitusi.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun