Belum lama ini perhelatan akbar dibidang olahraga pada skup regional Asia telah selesai diselenggarakan dengan sukses di Incheon Korea Selatan, walaupun tidak tampil sebagai kampiun, sang tuan rumah tampaknya telah berhasil mendemonstrasikan banyak kemajuan yang telah dicapai negara tersebut keseluruh dunia melalui perantara ajang olahraga lima tahunan yang umum dikenal dengan Asian Games tersebut.
Lihat saja bagaimana media-media dengan masifnya turut memberitakan tidak hanya keberlangsungan agenda kegiatan tersebut, tapi juga turut menginformasikan dengan gamblang kemajuan negara Korea Selatan dibidang industri Otomotif, IT, bahkan budaya K-Pop yang kini mendunia-pun tak luput dari pemberitaan. Paling tidak hal itu yang saya dapati dari salah satu media koran nasional kita yang setiap harinya memberikan porsi khusus satu lembar hanya untuk menginformasikan keberhasilan bangsa Korea Selatan saat sekarang ini.
Keberhasilan Korea Selatan saat ini salah satunya berakar dari budaya etos kerjanya yang sangat tinggi dengan menjunjung semangat kerja keras secara konsisten. Bila ingin mengetahui bagaimana semangat dan etos kerja masyarakat Korea Selatan, coba saja tilik sebentar bagaimana lingkungan kerja perusahaan-perusahaan multinasional Korea Selatan yang ada, sepupu saya pernah merasakan bagaimana sangat gigihnya kerja-kerja orang Korea dalam mencapai tujuan suksesnya.
Dan faktor lain yang memberikan andil saham kemajuan bangsa Korea Selatan adalah kepemimpinan yang kuat dan berani.
Sejarah Korea Selatan tentunya akan mencatat era kepemimpinan Presiden ketiganya Park Chung-hee (1961-1979) yang berkontribusi besar bagi pondasi kemajuan Korea Selatan. Walaupun cenderung bergaya otoriter, pada eranya, Park membidani lahirnya sebuah periode ekonomi yang sangat pesat di Korea Selatan yang kemudian menjadi awal kebangkitan kemajuan bangsa Korea Selatan setelahnya.
Periode ini kemudian disebut sebagai era 'Keajaiban di Sungai Han', sebuah sebutan istilah yang merujuk pada periode pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, industrialisasi, pencapaian teknologi, urbanisasi, pembangunan gedung-gedung pencakar langit, modernisasi, globalisasi dan kebangkitan teknologi yang terjadi di Korea Selatan dari puing-puing Perang Korea, penjajahan Jepang atas Korea dan Perang Dunia Kedua menjadi sebuah negara makmur yang maju.
Peta jalan yang dilakukan oleh Park waktu itu tidak sepenuhnya berjalan mulus karena jalan industrialisasi yang dipimpinnya yang dimulai dengan kebijakan membangun industri dasar seperti baja, otomotif, dan galangan kapal serta mendirikan sebuah pabrik baja besar di Pohang (Pohang Iron and Steel Company-POSCO) yang kemudian menjadi pemasok utama baja berkualitas sebagai penopang industrialisasi Korea Selatan, mendapatkan pertentangan keras dari Bank Dunia dan Amerika Serikat.
Namun dengan keberanian dan keyakinannya Park terus melangkah maju melawan pertentangan tersebut yang nyatanya kemudian terbukti berhasil, pada era inilah awal embrio munculnya perusahaan-perusahaan raksasa dalam skala global semisal Hyundai, Kia, Samsung, dan LG. Sampai akhirnya pada tahun 1999, Park terpilih sebagai salah satu dari sepuluh "Asia Abad Ini" oleh majalah Time.
Setelah era Park yang fenomenal, muncul kemudian Lee Myung-bak (2008-2013) yang berperan meningkatkan visibilitas dan pengaruh Korea Selatan di arena global.
Sosok Lee adalah contoh pemimpin yang patut dijadikan cerminan karena memiliki rekam jejak yang sempurna dan dilengkapi dengan kerja-kerja nyata serta prestasi. Berangkat dari keluarga miskin, Lee muda awalnya adalah seorang tukang sampah yang harus mendorong gerobak sampahnya sampai berkilo jauhnya.