Luka-luka yang kita bawa sering kali tampak seperti beban. Tapi jika kita berani menyelaminya, ada cahaya kecil yang tersembunyi di dalamnya—sebuah pelajaran, sebuah kekuatan. Seperti malam yang melahirkan bintang-bintang, rasa sakit kita juga bisa menjadi tempat kelahiran kebijaksanaan.
Saat kita menerima masa lalu, kita menyadari bahwa waktu tidak pernah benar-benar mencuri apa pun dari kita. Setiap momen, baik atau buruk, meninggalkan jejak yang memahat jiwa kita menjadi lebih kuat, lebih utuh. Dalam luka, ada keindahan yang menanti untuk ditemukan—sebuah pengingat bahwa meskipun pohon-pohon kehilangan daun di musim gugur, mereka selalu kembali hijau saat musim semi tiba.
Berjalan Maju dengan Penerimaan
Menerima masa lalu bukan berarti melupakan, melainkan membebaskan diri dari bayang-bayangnya. Seperti seorang pendaki yang meninggalkan jejak di gunung, kita membawa masa lalu sebagai kenangan, bukan sebagai beban. Dengan langkah ini, kita merasa lebih ringan, lebih bebas, dan lebih siap untuk menghadapi masa depan yang menanti di ujung jalan.
Penerimaan adalah kunci yang membuka pintu-pintu baru. Ia mengajarkan kita bahwa setiap luka, setiap kehilangan, adalah bagian dari tarian kehidupan. Dan dalam tarian itu, kita tidak sendiri—ada harapan, ada cinta, dan ada diri kita yang perlahan menemukan cahaya.
(Bersambung ke bagian 2)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI