Mohon tunggu...
Umi Nur Hanyfah
Umi Nur Hanyfah Mohon Tunggu... -

my hobby is writing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Pada Senja

29 November 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:32 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gema senja kemarin, yang menggaung sampai malam, terbawa hingga alam bawah sadar terus menjadi hantu yang kelaparan hingga fajar. Ini tentang Fin.

Menyakitkan ketika seseorang membuatku begitu istimewa, lalu membuatku penuh tanda tanya. Dan akuhanya bisa berpura-pura bahwa tak terjadi apa-apa.

Bodoh!
keistimewaan kali ini hanya sebuah fatamorgana. Yang saat jauh nyata dan ketika dekat maya. Dan kedekatan itu sepertinya hanya akan terbungkam ketika menjelm dalam kenyataan.

Bodoh!
Terus berpura-pura, mencari banyak bahan pembicaraan yang tak penting hanya demi sebuah percakapan semu.Yang tak Nampak, yang terwujud menjadi sebuah kata dalam rangkaian huruf-huruf diudara.

Sudahi. Berhenti..

Hidupku akan menjadi tak menarik jika rutinitasku kini adalah mencari tau rutinitasmu.
hidupku terabaikan ketika menghabiskan waktu untuk berandai dan meyakinkan diri bahwa kamu sama sepertiku. Sepertiku yang menghirup napas disini namun aliran darahku mengikat oksigen sembari berusaha merasakan kau bernafas disana.

Aku akan terus menjadi orang bodoh yang khawatir terabaikan, terlupakan dan tergantikan oleh milyaran orang lain yang beberapa diperkenalkan Tuhan padamu. Haha, tergantikan? Bahkan aku tak sadar posisiku.

Aku kalah oleh ambisiku sendiri. Aku menjadi orang yang tak bisa memaknai hidup, ketika aku membatasi dan menganggap orang lain disekitarku menjadi tak begitu penting. Aku hanya senang dengan ceritamu, biarpun ribuan orang disisni membuatku tertawa tanpa beban. Aku menganggapnya selingan.

Dan aku kesepian. Merasa sendiri saat tau hidupmu tak berjalan seperti hidupku.

kemudian aku sadar siapa dan bagaimana aku. Inilah aku, yang selalu menginginkan satu tanpa melihat yang lain. Yang selalu menggenggam erat satu dan membatasi dari yang lain. Yang merasa cukup ketika menemukan satu dan bertingkah seolah tak butuh yang lain. Dan yang selalu menyesal ketika satu itu menghilang dan baru sadar tak punya yang lain, tidak satupun.

Dan aku memahami, kamu berarti. Entah karna apa, entah sejak kapan.

Tapi aku takmau menjadi orang bodoh lagi. Menjaga perasaanku sendiri itu lebih baik. Dari pada mengharapkan orang lain menjaganya..

Ia kan Fin? Selamat pagi.. semoga harimu indah.Kau tak pernah bilang aku ini bodoh. Tapi kau membuatku merasakan sesuatu yang membuatku bertindak bodoh.
Bukan salahmu. Lanjutkan hidupmu. Nikmati saja..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun