Mohon tunggu...
Mimi Nurminah
Mimi Nurminah Mohon Tunggu... -

Dosen. Ibu rumah tangga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemandirian Pangan Kunci Negara Maju

4 Juli 2018   13:45 Diperbarui: 4 Juli 2018   15:13 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperhatikan banyaknya jenis kebutuhan pangan kita yang masih import membuat kita merasa miris. Apalagi jika ada hari raya besar umat, misalnya hari Raya Idul Fitri. Dipastikan ada harga pangan yang naik. Hal ini juga sesuai dengan hukum ekonomi yang mana jika permintaan banyak maka harga akan naik. Maka pada saat ini diharapkan kehadiran negara dalam menjamin stabilitas harga.

Membicarakan pangan ada 2 hal yang penting diperhatikan, yang pertama adalah ketahanan pangan, maka pangan yang ada tersedia di pasar, tapi bisa jadi masih banyak yang impor. Yang ke dua adalah kemandirian pangan, pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat telah mampu disediakan melalui produksi dalam negeri, tidak perlu impor lagi dari negara luar.

Pentingnya kemandirian pangan bisa kita lihat dari ilustrasi contoh tepung terigu. Masyarakat kita sudah terbiasa memakan roti dari tepung terigu. Sementara gandum untuk pembuatan tepung terigu hampir 100 persen kita import. Jika dolar naik, maka harga yang kita bayar untuk impor akan semakin besar. Padahal ada bahan baku yang bersumber daya lokal yaitu singkong yang dapat menggantikan tepung terigu, namanya tepung mocaf (terbuat dari singkong yang difermentasi).

Kedele juga kita impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama untuk industri pembuatan tempe, tahu dan susu kedele. Bayangkan jika harga kedele dunia naik, maka harga kedele dalam negeri akan naik, sang pengusaha tempe dan tahu akan menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran agar harganya tetap sama tapi pengusaha masih untung. Ibu rumah tanggapun akan menjerit dan hanya membeli semampunya sesuai keuangan. Sementara tempe dan tahu adalah sumber protein. 

Jika jumlah kebutuhan konsumsi protein dikurangi karena harganya mahal, bisa jadi pertumbuhan otak dan tubuh anak-anak generasi muda kita tidak akan berjalan sempurna. Bisa jadi Habibie habibie muda calon-calon teknorat kita tidak berkembang sempurna. Padahal dengan penguasaan teknologi maka kita akan menjadi penguasa dunia, bukan hanya membayar fee atau paten teknologi asing. Bisa jadi asing yang akan memohon supaya kita bersedia menjual teknologi kita bahkan asing membayar fee atau paten kepada Indonesia..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun