Di Desa Eretan, di tepi pantai Indramayu yang dikelilingi aroma khas laut, hidup seorang gadis sederhana bernama Sri. Ia dikenal sebagai "Gadis Ikan Asin" bukan hanya karena pekerjaannya sebagai penjemur ikan asin, tetapi juga karena sifatnya yang tegar dan tak mudah goyah oleh godaan apa pun. Sri tinggal bersama ayahnya, Wahyu, seorang buruh di pabrik pengolahan ikan asin. Kehidupan mereka tidak mewah, namun cukup untuk bertahan di tengah kerasnya kehidupan desa nelayan.
Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya terbit, Sri sudah sibuk di halaman belakang rumahnya. Dengan cekatan, ia mengatur ikan-ikan segar di para-para bambu untuk dijemur. Rambut hitamnya yang panjang diikat sederhana, wajahnya polos tanpa riasan. Bagi Sri, hidup adalah perjuangan, dan ia bangga membantu ayahnya mencari nafkah.
Sementara itu, Nanang Jos, pemuda yang mendapat julukan "playboy kelas teri," tengah memikirkan cara mendekati Sri. Nanang dikenal sebagai pemuda tampan dengan gaya sok keren. Ia sering bergonta-ganti pacar, menjadikan nama baiknya bahan gunjingan warga desa. Namun entah kenapa, sejak pertama kali melihat Sri, hatinya seperti tersangkut. Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuatnya merasa berbeda dari perempuan-perempuan lain yang pernah ia kenal.
Hari itu, Nanang datang ke tempat Sri bekerja. Dengan gaya percaya diri, ia menghampiri Sri yang sedang sibuk mengatur ikan.
"Assalamu'alaikum, Sri," sapanya sambil memasang senyum andalannya.
Sri mendongak, melihat Nanang dengan ekspresi datar. "Wa'alaikumussalam. Ada apa, Mas Nanang?"
"Gak ada apa-apa. Cuma pengin lihat kamu aja. Kamu lagi sibuk banget, ya?" tanyanya, berusaha membuka obrolan.
Sri menghela napas. "Seperti yang Mas lihat, saya lagi kerja. Kalau gak ada urusan penting, maaf, saya gak bisa ngobrol lama-lama."
Nanang tertawa kecil, tak gentar dengan sikap dingin Sri. "Ya ampun, Sri. Santai dikit, dong. Aku ini serius, loh. Aku mau bilang sesuatu."
"Bilang saja. Tapi cepat. Saya banyak pekerjaan," jawab Sri sambil tetap memindahkan ikan.