Mohon tunggu...
mimin sugiarto
mimin sugiarto Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalis

Menjadi netizen jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Ikan Asin

24 Desember 2024   20:28 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Gadis ikan asin (Sri) sebagai primadona

Nanang menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia mencoba merangkai kata-kata terbaik untuk mengungkapkan perasaannya. "Begini, Sri. Aku... aku suka sama kamu. Aku serius mau deketin kamu. Aku tahu mungkin kamu dengar macam-macam soal aku, tapi aku janji, sama kamu aku bakal berubah."

Sri menghentikan pekerjaannya sejenak. Ia menatap Nanang dengan mata tajam. "Mas Nanang, saya sudah dengar banyak cerita soal Mas. Pacarnya setiap desa, kan? Maaf, tapi saya bukan tipe perempuan yang mau jadi koleksi Mas. Jadi lebih baik Mas cari orang lain."

Nanang tertegun. Tidak biasanya ada perempuan yang menolaknya mentah-mentah seperti ini. Tapi itu justru membuatnya semakin penasaran.

"Sri, aku serius. Aku gak main-main kali ini," katanya, mencoba meyakinkan.

Namun Sri hanya menggeleng. "Serius atau enggak, saya gak peduli. Hidup saya sudah cukup sulit tanpa perlu nambah masalah dengan orang seperti Mas."

Dengan itu, Sri kembali fokus pada pekerjaannya, meninggalkan Nanang yang berdiri kikuk. Namun di balik sikap tegasnya, hati Sri sedikit bergetar. Ia tahu Nanang Jos bukan pria baik-baik, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang terasa tulus.

Hari demi hari berlalu, Nanang terus mencoba mendekati Sri. Ia datang ke tempat penjemuran ikan asin hampir setiap hari, membawa berbagai macam alasan. Kadang ia menawarkan bantuan, kadang hanya ingin ngobrol. Namun Sri tetap menolaknya, meski dalam hati ia mulai merasa iba.

Wahyu, ayah Sri, yang melihat kegigihan Nanang, mulai angkat bicara. "Sri, apa kamu yakin gak mau kasih kesempatan ke Nanang? Ayah lihat dia serius, loh. Lagian, gak semua orang punya keberanian kayak dia."

Sri menggeleng. "Ayah, Mas Nanang itu cuma main-main. Lagipula, saya gak mau hidup saya jadi bahan gosip warga desa."

Wahyu hanya bisa menghela napas. Ia tahu putrinya keras kepala, tapi ia juga merasa ada perubahan dalam diri Nanang. Pemuda itu, meski terkenal nakal, tampaknya benar-benar berusaha.

Sementara itu, Nanang memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih besar. Ia mendatangi Wahyu di pabrik pengolahan ikan asin. Di sana, dengan wajah serius, ia meminta izin untuk melamar Sri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun