"Penilaian kami fokus pada kekompakan, kreativitas, dan kesesuaian tema. Kebetulan, ada peserta yang sangat unik dengan kostum berbahan limbah plastik. Ini sesuai dengan semangat desa Karanglayung yang ingin lebih peduli terhadap kebersihan dan pengelolaan sampah," ungkap Abas.
Menurutnya, kehadiran kostum daur ulang tersebut merupakan langkah nyata dalam kampanye peduli lingkungan. Ia berharap langkah ini bisa menginspirasi warga desa lainnya agar lebih bijak dalam mengelola sampah.
Masyarakat Antusias dan Kompak
Antusiasme masyarakat terlihat dari banyaknya warga yang hadir memadati rute karnaval. Warga dari berbagai usia tumpah ruah di jalanan desa untuk menyaksikan iring-iringan peserta karnaval. Sorak sorai, musik tradisional, dan atraksi ogoh-ogoh menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Keunikan kostum Cica yang berbahan daur ulang juga mendapat apresiasi dari para penonton. Banyak warga yang memuji ide kreatif tersebut karena mengandung pesan edukatif bagi masyarakat.
"Anak-anak kita sudah diajarkan peduli lingkungan sejak kecil, dan ini luar biasa. Saya harap tahun depan lebih banyak peserta yang memakai kostum dari bahan daur ulang," kata sodikin warga setempat.
Dengan konsep yang lebih meriah dan inovatif, Karnaval Sedekah Bumi di Desa Karanglayung berhasil menjadi simbol pelestarian budaya, sekaligus kampanye peduli lingkungan. Masyarakat berharap agenda ini bisa terus dilaksanakan setiap tahun dengan konsep yang lebih segar dan edukatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H