Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kesumat Perempuan Malang

20 November 2021   13:20 Diperbarui: 25 November 2021   00:51 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang warga kampung yang baru pulang dari kebun, kaget setengah mati saat melihat sesosok mayat seorang laki-laki terkujur kaku di jalanan menuju hutan di ujung kampung. Wajahnya menghitam. Sementara seorang warga Kampung yang lain menemukan sesosok mayat seorang laki-laki yang tergeletak dekat pohon besar di ujung kampung. Wajahnya dipenuhi noda hitam. Penemuan mayat terus terjadi dan terjadi di kampung. jumlahnya mencapai 13 mayat. Kegegaran melanda semua warga kampung.

Sejak peristiwa penemuan mayat-mayat itu, malam di Kampung mereka berubah menjadi sangat mencekam. Matahari selalu pamit dengan rasa waspada yang tak tertahankan. Tak ada lagi suara kebahagian di teras rumah warga. Saat gelap tiba, pintu-pintu setiap rumah dikunci dengan rapat. Juga jendela. Semuanya berubah. Kampung tak aman. Semua takut. Semua waspada. Aparat Kampung tak mampu menangani. Izrail sudah merangsak masuk. Aroma kematian semerbak.
" Kamu pasti puas melihat apa yang terjadi terhadap para begundal yang telah melukai jiwamu," suara bisikan itu kembali bergema di kuping hati perempuan itu.

Perempuan itu terlihat sangat bahagia. Bahkan teramat bahagia. Ada kepuasan yang tergurat dari sinar wajah cantiknya.  Menghukum orang dengan caranya sendiri.
" Para jahanam itu memang layak menerima hukuman itu. Mereka sangat pantas menerima semua itu," seru suara bisikan itu lagi.

Rasa sesal melumuri sekujur tubuhnya. Ada rasa sedih yang melumuri raganya. Suara bisikan itu telah mengantarkannya mendekam di sebuah penjara di Kota. Perempuan itu harus menerima konsekwensi dari semua arahan dari suara bisikan yang telah menyesatkannya ke dalam jurang kelaraan baru yang tak terperian.  Hanya airmata yang menjadi teman sejatinya kini. Hanya rasa sesal yang berkepanjangan menjadi sahabatnya sehari-hari. Sementara suara bisikan itu terus berlari dan berlari menembus nurani manusia lain yang sesat.

Toboali, sabtu siang yang panas, 20 November 2021

Salam sehat dari Kota Toboali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun