Cerpen : Lelaki Tua dan Televisi Kunonya
Setiap bulan November datang, lelaki renta itu selalu membolakbalik foto-foto lawas yang ada di album tuanya. Album tua pemberian seorang pemilik toko di alun-alun Kota selalu dibersihkannya setiap bulan November tiba. Sementara foto-fato itu dia dapatkan dari seorang fotografer asing yang menyaksikan kejadian saat tanggal 10 November, dimana para pejuang dahulu dengan penuh heroik merebut kembali markas penjajah di pusat Kota.
Biasanya usai sholat subuh, lelaki tua itu mulai membersihkan album foto yang berisikan foto-foto tentang perjuangan mareka para pejuang dulu. Lelaki tua yang kini hidup sebatang kara teringat kembali masa perjuangan dulu yang mareka tempuh dengan semangat nasionalisme yang tinggi dan penuh keiklasan.
" Kami dulu berjuang hanya dengan satu tekad. Indonesia harus merdeka. Penjajah harus angkat kaki dari bumi nusantara tercinta ini," ceritanya kepada beberapa warga yang bertamu ke rumahnya.
" Walaupun kakek tidak mendapat apa-apa dari Pemerintah?," tanya seorang warga.
" Bangsa ini sudah merdeka, Â kami sudah sangat bahagia. Karena itu tekad kami dalam masa perjuangan dulu," jawab lelaki tua yang akrab dipanggil kakek oleh seluruh warga Kampung.
Lelaki renta itu sungguh sangat bahagia karena banyak diantara pejabat negara kini dulunya adalah anakbuahnya di batalion. Mareka kini sudah berpangkat tinggi dan memiliki jabatan penting di pemerintahan. Dan beberapa diantaranya sering dia lihat di televisi hitam putih miliknya yang kadang gambarnya sering tutun naik karena onderdilnya telah haus dimakan usia. Dan untuk menggantikan dengan televisi berwarna dia tak mampu.Maklum uang pensiunnya tak seberapa. Hanya cukup untuk makan seminggu saja.
Beberapa mantan anakbuahnya seringkali meminta dirinya untuk mengganti televisi hitamputih yang terletak di ruang tengah rumahnya yang setengah permanen. Tapi lelaki tua itu selalu menolak. Sejuta apologi selalu dinarasikannya hingga mantan anakbuahnya tak berkutik.
" Kalian semua kan tahu, bahwa televisi  itu saya beli dengan uang keringat saya. Demi membeli televisi itu saya iklas berpuasa setengah bulan," ujarnya.
" Walaupun televisi baru sudah ada, televisi itu tetap ada di rumah Bapak. Tak akan hilang. Nonton televisi pun bisa dengan baik dan nyaman karena berwarna dan layarnya lebar," jelas mantan anakbuahnya.
" Kalian lupa ya dengan sejarah televisi ini," jawabnya.