Memasuki hari ke sembilan ketukan itu makin merajalela. Bersenandung dengan nada liarnya. Menggema hingga menusuk hati nurani warga tanpa ampun. Tingkat emosi warga sudah tak terbendung. Sudah diubun-ubun.Ingin rasanya mereka memecahkan kepala sang pengetuk pintu rumah mareka. Dan ketika fenomena ini sampai ke telinga pembesar Partai di Kota, dirinya sungguh bahagia mendengar kabar keresahan warga ini.
" Akhirnya misi kita sampai juga. Misi kita berhasil .Sukses besar. Para warga sudah tahu dengan kandidat kita. Rakyat sudah tahu dan mengenal calon anggota legislatif kita," ujar pembesar Partai dengan narasi yang bahagia dibalut dengan senyum kemenangan.
" Bukankah calon yang kita ajukan tak mumpuni Pak,? Malah calon yang kita usung menyusahkan masyarakat karena mareka tak berkwalitas? Apakah ini tak merugikan Partai kita ke depannya Pak? tanya anggota Partai dengan heran.
" Kalian harus paham dan memahami semua ini secara politik.Kalian semua sebagai kader harus tahu. Dalam pemilihan seperti ini kandidat berkwalitas bukanlah jaminan Partai kita akan menang. Buat apa kita menyodorkan kandidat yang berkwalitas kalau tak dipilih masyarakat. Kita ini butuh kandidat yang mampu mengeskalasi suara warga. Mampu menarik massa dan memilih kandidat kita. Soal nantinya kandidat kita tak tahu apa-apa dalam bekerja itu bukanlah masalah. Toh yang jadi masalah dan dirugikan adalah masyarakat yang memilih kandidat kita yang tak tahu apa-apa. Yang penting bagi Partai kita yang dipilih warga adalah kandidat kita yang mendatangi rumah warga tiap malam dan kita menang. Dan saya sebagai pembesar Partai akan berkuasa di daerah ini," jawab Pembesar Partai sambil tertawa lebar.
Para anggota Partai terdiam. Membisu. Tak ada satu suara pun yang berdesis. Ruangan pertemuan itu hening. Sepi. Hanya dengus anjing hutan dan kucing hutan yang saling mendengus di hutan kecil yang berada di belakang kantor Partai. Semua mulut terkunci.
Malam makin meninggi. Rembulan malam mulai bergegas ke peraduannya. Membahagiakan dirinya usai bekerja keras terangi jiwa-jiwa manusia di bumi. Cahayanya mulai redup. Bintang-bintang dilangit tak tampak kerlipnya. Enyah entah kemana. Mentari pun mulai terbangun dari mimpi panjangnya. Geliatnya mulai terasa panas. Sepanas hati para warga yang sangat terganggu dengan dentingan ketukan pintu tanpa nada di rumah mareka. Ya, ketukan pintu dari para pengemis suara rakyat.
Toboali, minggu pagi, 31 Oktober 2021
Salam sehat dari Kota Toboali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H