"Perkenalkan dengan kami, Nak," sambung Sang ayah.
Panjul tak menjawab. Mulutnya terkunci dengan rapat.
Ayah dan ibunya bingung. Saling bertatapan. Belum usai lanjutan pertanyaannya, Panjul langsung masuk kamar. Dan kabar bahagia ini pun terhenti sejenak dengan sejuta tanya yang mendalam dalam nurani sang ayah dan ibunya.
Berita Panjul akan menjadi pengantin menjadi trending topik di kalangan warga Kampung. Ada yang menyambutnya dengan bahagia. Ada pula yang tak percaya.
"Baru pulang dari Kota saja sudah sombong," jawab seorang warga.
"Iya. Tak pernah bergaul dengan warga," sambung yang lain.
"Mungkin dia capek. Maklum nyampainya juga baru beberapa hari," sela seorang warga dengan nada menetralisir keadaan yang sudah mulai dipenuhi asap narasi negatif dari mulut warga tentang Panjul.
Usai sholat isya, beberapa sesepuh Kampung dan pengurus masjid berkunjung ke rumah Ayah Panjul. Mareka ingin bersilahturahmi dengan Panjul. Tujuannya tentu saja igin bertemu dengan Panjul skaligus mengkonfrontir berita tentang rencananya menjadi pengantin. Sinar rembulan yang indah menghantar jejak langkah kaki para sesepuh Kampung menuju rumah Panjul. Cahaya rembulan menjadi penerang langkah kaki para sesepuh menuju rumah Panjul. Maklum rumah Panjul terletak diujung Kampung dan tidak ada penerangan listriknya. Segurat kebahagian terpotret di wajah para sesepuh Kampung.
"Sebagai sesepuh Kampung kami bahagia mendengar Nak Panjul akan menjadi pengantin. Insya Allah kami akan membantu semampu kami untuk mensukseskan acara lamaran hingga pernikahannya," ujar ketua Masjid mewakili sesepuh kampung.
"Benar sekali apa yang disampaiakan  Pak Kyai tadi. Kami akan membantu semampu kami untuk mensukseskan acara sakral Nak Panjul," sambung sesepuh Kampung.
" Tapi ngomong-ngomong, siapa calon pengantin wanitanya Nak Panjul. Orang Kota ya,' lanjut sesepuh Kampung dengan nada setengah bertanya.