Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sang Pengambisi

17 September 2021   21:32 Diperbarui: 18 September 2021   03:01 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen : Sang Pengambisi

Isu resufle kabinet di Negeri Lilot dalam sepekan terakhir makin menggema. Berhembus kencang bak angin selatan yang datang secara tiba-tiba. Pergantian para pejabat ini, menurut sumber terpercaya, terkait upaya Kepala Negeri Lilot untuk mengaplikasikan visi dan misinya saat kampanye pada pemilu beberapa waktu lalu. Intinya untuk perubahan pembangunan dan kesejahteraan warga.

Yang paling merasakan ketakutan yang amat sangat hembusan isu resufle itu adalah Kedindil, pejabat di salah satu dinas. Terlebih lagi, Kepala Negeri dalam semingggu terakhir, tak pernah lagi meminta dirinya datang ke ruangan Sang Kepala Negeri sekadar menanyakan tugas-tugas yang sudah dikerjakan. Kondisi ini membuat Kedindil makin percaya dengan isu bahwa dirinya termasuk salah sati pegawai yang akan dilengser.

Siang itu, saat matahari bersinar dengan garangnya diatas kepala, di warung Mang Keliru, sejumlah pejabat negeri sedang berkumpul. Fokus pembicaraan tentang isu rencana resufle kabinet.

"Pak Kedindil. Apa benar Kepala Negeri akan me-resufle kabinet dalam minggu-minggu ini?," tanya  Usen.

"Saya belum dengar. Isu itu pun saya baru dengar dari kawan-kawan. Kepala Negeri belum pernah cerita tentang soal mutasi," jawab Kedindil sambil menyeruput kopi yang terhidang di hadapannya.

"Saya nggak percaya kalau Pak Kedindil tidak tahu isu itu. Bapak kan  tim sukses Kepala Negeri terpilih waktu pemilihan dulu. Pak Kedindil kan orang kepercayaan beliau. Masa tangan kanan pemimpin ndak tahu berita itu," lanjut Usen seraya menyantap pisang goreng.

"Jujur, saya belum tahu rencana itu," jawab Pak Kedindil dengan rasa malas.

"Wah kalau begitu ceritanya, Pak Kedindil tampaknya sudah nggak dipake ama Kepala Negeri lagi nih ceritanya. Pak Carmuk saja udah tahu kalo mau ditempatkan sebagai Kepala Dinas. Masa Pak Kedindil belum tahu posisi diri sendiri?," sela yang lain.

"Mestinya para pegawai tahu diri. Kalau usia sudah masuk masa pensiun, tak harus ngotot minta jabatan. Janganlah dengan jabatan justeru merugikan orang banyak. Buat apa bangga dengan jabatan kalo hanya untuk petantang petenteng dan tidak mampu memberikan kontribusi buat warga?  Serahkan kepada yang muda-muda dan yang ahlinya. Ada regenerasi. Saya setuju dengan langkah Kepala Negeri untuk melakukan perubahan dengan menempatkan orang yang sesuai bidangnya dan yang energik. Jangan yang diajak yang sudah tua-tua dan uzur. Kasian warga. Kasian Kepala Negeri," ujar Arok, Ketua Organisasi Pemuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun