Siang itu, usai suara azan  Zohor berkumandang dari corong pengeras suara masjid terdekat, wajah mami mengekspresi kegelisahan yang seolah-olah tak terperikan. Ada rasa sesal yang tak terungkapkan dengan kata-kata.Â
Ada rasa penyesalan diri yang mengalir ke dalam seluruh tubuhnya sebagai manusia. Dirinya tertegun saat menyaksikan seorang anak buahnya, Wanita penggoda itu sholat. Hatinya tergetar. Jiwanya terusik. Nuraninya tergoda.
"Walaupun saya penuh noda dan dosa, namun sebagai umat manusia saya harus berbakti kepada Sang Pencipta dengan sholat," ujar anak buahnya.
"Apakah dosa saya dan kita diampuni Sang Maha Pencipta?," tanyanya dengan nada suara bergetar.
"Allah itu Maha Pengampun dan Maha Pemaaf atas segala perbuatan hambanya selama hambanya ingin bertobat," ungkap anak buahnya.
Para pengunjung tempat hiburan malam di sudut Kota gempar dan dilanda kehebohan yang luar biasa.Â
Bagaimana tidak gempar dan heboh, saat mareka hendak memuaskan nafsu syahwatinya di tempat hiburan malam itu, terpampang tulisan dibangunan sederhana itu sebuah tulisan yang menyatakan bahwa lokasi tempat hiburan itu tutup dan akan dijadikan pesantren.
Sementara di kejauhan malam terdengar suara Mami sedang memohon ampunan atas segala dosanya kepada Sang Maha Pencipta atas segala kesalahannya. Airmatanya menetes membasahi ubin masjid. Mengalir hingga membasahi seluruh tubuhnya yang berbalutkan mukena.
Malam makin merentah dengan kebeningan cahayanya melankolis. Sebening hati Mami menatap masa depannya yang baru dengan kehidupan baru sebagai pengelola pesantren. Dan bukan sebagai manusia pendendam.
Toboali, jumat barokah, 10 September 2021
Salam sehat dari Kota Toboali